Selasa, 29 April 2014



LAPORAN PRAKTIKUM
HUKUM HESS
Mata kuliah             : Kimia Dasar II
Dosen Pengampu    : Dr. Kartimi, M.Pd
Diajukan untuk memenuhi tugas laporan praktikum Kimia Dasar II
 






Disusun oleh :
Reiza Fitri Yulia
Nim : 14121610722
Kelas/semester : IPA-Biologi B/2
Asisten Praktikum : 1. Dewi Fortuna R
2. Diana Yuliyanti

PUSAT LABORATORIUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2013
HUKUM HESS
I.     Tujuan
Untuk membuktikan hukum Hess itu sendiri
II.    Dasar Teori
Pada tahun 1848, Germain Hess dari Jerman melalui berbagai eksperimen mengemukakan bahwa setiap reaksi memiliki H yang tetap dan tidak tergantung pada jalan reaksi atau jumlah tahap reaksi (Gillespie dkk). Menurut Hukum Hess:
H1 = ∆H2 + ∆H3 atau x = y + z
Hukum Hess digunakan untuk menghitung H suatu reaksi berdasarkan H dari beberapa reaksi yang sudah diketahui. (Budi, Utami.2009:55).
Menurut hukum Hess, karena  entalpi adalah  fungsi, keadaan perubahan dari suatu  reaksi kimia adalah sama, walaupun langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh produk berbeda. Dengan kata lain, hanya keadaan awal dan akhir yang berpengaruh terhadap perubahan entalpi, bukan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapainya.
Hal ini menyebabkan perubahan entalpi suatu reaksi dapat dihitung sekalipun tidak dapat diukur secara langsung. Caranya adalah dengan melakukan operasi aritmatika  pada beberapa persamaan reaksi yang perubahan entalpinya diketahui. Persamaan-persamaan reaksi tersebut diatur sedemikian rupa sehingga penjumlahan semua persamaan akan menghasilkan reaksi yang kita inginkan. Jika suatu persamaan reaksi dikalikan (atau dibagi) dengan suatu angka, perubahan entalpinya juga harus dikali (dibagi). Jika persamaan itu dibalik, maka tanda perubahan entalpi harus dibalik pula (yaitu menjadi -ΔH).
Selain itu, dengan menggunakan hukum Hess, nilai ΔH juga dapat diketahui dengan pengurangan pembentukan produk-produk dikurangi entalpi pembentukan reaktan. Secara matematis
.
Untuk reaksi-reaksi lainnya secara umum

.



LAPORAN PRAKTIKUM
KALOR PEMBAKARAN
Mata kuliah             : Kimia Dasar II
Dosen Pengampu    : Dr. Kartimi, M.Pd
Diajukan untuk memenuhi tugas laporan praktikum Kimia Dasar II

 






Disusun oleh :
Reiza Fitri Yulia
Nim : 14121610722
Kelas/semester : IPA-Biologi B/2
Asisten Praktikum : 1. Dewi Fortuna R
2. Diana Yuliyanti
PUSAT LABORATORIUM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2013
KALOR PEMBAKARAN
I.            Tujuan
1.      Mengetahui kalor pembakaran pada lilin.
2.      Mengetahui kalor pembakaran pada spirtus.
3.      Mengetahui kalor yang diberikan lilin kepada air pada saat pembakaran lilin.
4.      Menghitung  jumlah kalor pada pembakaran lilin dan spirtus.

II.            Dasa Teori
Kalor pembakaran adalah kalor yang dilepaskan atau diserap oleh pembakaran 1 mol unsur atau senyawa diberi symbol ∆Hc (c = combustion). 
Contoh:
CH4(g) + 202(g) → CO2(g) + 2H2O(g)    
∆Hc0 = -889,5 KJ
C2H2(g) + 5/2 O2(g) → 2CO2(g) + H2O(g)
∆Hc0 = -129,9 KJ

∆Hc0 = Kalor pembakaran dalam keadaan standar, yaitu kalor yang dilepaskan atau diserap pada proses pembakaran 1 mol unsur atau senyawa dalam keadaan standar. (kartimi, hal 29)
Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah reaksi pembakaran, yaitu reaksi yang cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang disertai terjadinya api. (Michael,2009:65)
Kalor adalah suatu bentuk energi yang diterima oleh suatu benda yang menyebabkan benda tersebut berubah suhu atau wujud bentuknya. Kalor berbeda dengan suhu, karena suhu adalah ukuran dalam satuan derajat panas. Kalor merupakan suatu kuantitas atau jumlah panas baik yang diserap maupun dilepaskan oleh suatu benda. (anonym,2012)
Kalor didefinisikan sebagai sebagai energy panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar. Begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit. Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya suatu kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor yaitu massa zat, jeni zat(kalor jenis), perubahan suhu (purnomo 2008).
Reaksi suatu  zat dengan oksigen disebut reaksi pembakaran.  Zat yang mudah terbakar adalah unsur karbon, hidrogen, belereng, dan berbagai senyawa dari unsur tersebut.  Pembakaran dikatakan sempurna apabila :

  Karbon  (C) terbakar menjadi CO2
  Hidrogen (H) terbakar menjadi H2O
  Belereng (S) terbakar menjadi SO2

Lilin merupakan salah satu bahan yang bisa dibakar dapat menghasilkan panas. Panas pembakaran ini dapat diukur melalui percobaan berikut.


III.         Alat dan Bahan
1.      Alat
a.       Neraca Ohous 311
b.      Gelas reaksi kimia 400 CC
c.       Thermometer
d.      Kaki tiga
e.       Kassa
2.      Bahan
a.       Lilin
b.      Air
c.       Spirtus
d.      Korek api




IV.         Cara Kerja
A.    Kalor pada pembakaran lilin.
1.      Ditentukan massa lilin dengan cara ditimbang menggunakan neraca Ohous 311.
2.      Dicatat massa lilin awal yang telah ditimbang.
3.      Dirangkai alat seperti gambar
4.      Ditentukan suhu awal air sebelum pembakaran.
5.      Kemudian lilin dinyalakan.
6.      Diamati kenaikan suhu air hingga 200C
7.      Pada saat suhu air telah mencapai kenaikan 200C, lilin segera dimatikan.
8.      Ditimbang lilin setelah pembakaran.
B.     Kalor pada pembakaran spirtus
1.      Ditentukan massa spirtus dengan cara ditimbang menggunakan neraca Ohous 311.
2.      Dicatat massa spirtus awal yang telah ditimbang sebelum pembakaran.
3.      Dirangkai alat seperti gambar






4.      Ditentukan suhu awal air sebelum pembakaran.
5.      Kemudian spirtus dinyalakan.
6.      Diamati kenaikan suhu air hingga 200C
7.      Pada saat suhu air telah mencapai kenaikan 200C, spirtus segera dimatikan.
8.      Ditimbang spirtus setelah pembakaran.

V.       Lembar Pengamatan

Bahan yang diuji
Massa awal
Sebelum pembakaran
Massa akhir
Setelah pembakaran
Suhu I
Suhu II
Lilin
15.8 gram
15.8 gram


Air pertama


270C
470C
Spirtus/ bunsen
252.5 gram
251.0 gram


Air kedua


290C
490C


Bahan
Timbangan I
Timbangan II
massa
Lilin
15.8 gram
14.2 gram
15.8 ‒ 14.2 = 1.6 gram
Spirtus
252.5 gram
251.0 gram
252.5 ‒ 251.0 = 1.5 gram

A.    Perhitungan kalor pembakaran lilin
Diketahui :
Massa lilin awal (m1)                                         = 15.8 g
Massa lilin setelah dibakar massa air (m2)         = 14.2 g
Massa                                                                 = (m1 ‒ m2)
                                                                           = 15.8 ‒ 14.2 = 1.6 g
Suhu air awal sebelum pembakaran (t1) = 270C
Suhu air akhir setelah pembakaran (t2)              = 470C

1.     
Qair = m.c.∆t
Liilin C25H52 = Mr = 352


Vair = 100ml
Mair= ?
Ρ =       1 =  = m= 1 × 100gr = 100gr
Qair + Q kal + Q reaksi = 0
Q reaksi = (Q air + Q kal)
Jika Q kal dianggap 0 maka :
Q reaksi = ‒Q air

 
Dik = 100 × 4.18 × (t2 ‒ t1)
= 100 × 4.18 × ( 470‒270)
= 100 × 4.18 × 20
= 418 × 20
= 8360 J = 8,36 kj

Q reaksi = ‒Q air
               = ‒8.36 kj
2.      Massa lilin awal‒massa lilin akhir
= 15.8 gr ‒ 14.2 gr
= 1.6 g
3.      Massa lilin= = = 0,004 mol
4.      ∆HC0= Q reaksi ×
= ‒8360 × 250
= ‒2090000
            Q reaksi lilin =
                                  =
B.     Perhitungan kalor pembakaran spirtus/Bunsen
1.      Bunsen/spirtus CH3OH = Mr = 32
Qair = m.c.∆t
Vair = 100ml
Mair= ?
Ρ =   1 =  = m= 1 × 100gr = 100gr
Qair + Q kal + Q reaksi = 0
Q reaksi = (Q air + Q kal)
Jika Q kal dianggap 0 maka :
Q reaksi = ‒Q air

 
Dik = 100 × 4.18 × (t2 ‒ t1)
= 100 × 4.18 × ( 490‒290)
= 100 × 4.18 × 20
= 418 × 20
= 8360 J = 8,36 kj

Q reaksi = ‒Q air
                       = ‒8.36 kj
2.      Massa bunsen awal‒massa Bunsen akhir
= 252.2 gr  151.0 gr
= 1.2 gr
3.      Massa Bunsen =
4.      ∆HC0 = Q reaksi ×
=
= ‒8360 × 26.7
= ‒ 22312

Q reaksi lilin =
                                     =






VI.      Pembahasan
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi disebut termokimia. Termokimia mempelajari mengenai sejumlah panas yang dihasilkan atau diperlukan oleh sejumlah tertentu pereaksi dan cara pengukuran panas reaksi tersebut. Termokimia merupakan hal yang penting, baik untuk keperluan praktik maupun teori. (Michael,2009:39)
Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah reaksi pembakaran, yaitu reaksi yang cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang disertai terjadinya api. (Michael,2009:65)
Berdasarkan pada praktikum kali ini membahas tentang pembakaran kalor. Kalor pembakaran adalah kalor yang dilepaskan atau diserap oleh 1 mol unsur atau senyawa diberi symbol ∆Hc (c = combustion). ∆Hc0 = Kalor pembakaran dalam keadaan standar, yaitu kalor yang dilepaskan atau diserap pada proses pembakaran 1 mol unsur atau senyawa dalam keadaan standar. Lilin merupakan salah satu bahan yang bisa dibakar dapat menghasilkan panas. (kartimi,2013:29)
Kalor pembakaran pada percobaan kali ini membahas tentang kalor pembakaran pada lilin dan spirtus/Bunsen. Dalam melakukan percobaan praktikum kali ini yang telah dilakukan di Laboratorium kimia kita bisa mengetahui nilai kalor reaksi pembakaran pada lilin dan Bunsen. Lilin terbuat dari paraffin (paraffin wax). Paraffin adalah campuran dari alkana (ikatan rantai molekul atom karbon dan hydrogen yang panjang), yang terdapat  di dalam minyak bumi. Paraffin akan meleleh pada suhu 50- 60◦C. paraffin tidak dapat dinyalakan begitu saja dengan korek api. Sehingga rumus lilin yaitu C25H52 merupakan senyawa hidrokarbon yang menghasilkan panas.
Awal percobaan yaitu menentukan kalor pembakaran pada lilin dilakukan melalui proses pemanasan air.  Mula-mula dengan menimbang massa lilin awal sebelum pembakaran dengan menggunakan neraca Ohous 311, massa yang didapatkan sebesar 15,8 g. Setelah didapat masa lilin awal, kemudian memasukkan air sebanyak 100ml ke dalam gelas reaksi kimia dengan mencatat suhu awal sebelum dipanaskan. Nyalakan lilin dibawah kaki tiga untuk memanaskan air 100ml. suhu yang didapatkan setelah pembakaran yaitu sebesar 470C dan sebelum pembakaran suhu air sebesar 270C. setelah pembakaran massa lilin ditimbang kembali menggunakan neraca Ohous 311, dan massa yang didapatkan setelah pembakaran yaitu sebesar 14,2 g. untuk memanaskan air hingga kenaikan 200C memerlukan kalor sebesar 8.36 kj, dan untuk massa lilin yang dipergunakan untuk menaikkan suhu air 200C yaitu sebesar 1.6 gram. Setiap molnya panas pada pembakaran dari lilin ini sebesar 0.004 mol, berdasarkan hasil dari perhitungan maka didapat Qreaksi air sebesar  = ‒5525 joule. Dalam proses ini terjadi reaksi eksoterm, yaitu pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Sehingga kalor yang dihasilkan selalu bersifat negatif.
Pada proses pembakaran ini akan melibatkan O2 dari udara dan akan menghasilkan karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O) sebagai produk reaksi. Karena bahan bakarnya merupakan senyawa hidrokarbon, maka persamaan reaksinya adalah sebagai berikut:

C25H52  +  38O2                     25CO2  +  26 H2O           ∆H = -1589.35 J

Sedangkan pada percobaan terakhir yaitu bahan berupa spirtus prosedurnya sama seperti  yang diatas, massa dari spirtus sebelum pembakaran adalah 252.2 gr dan setelah memanaskan air untuk mencapai suhu air ± 490C massa spirtus menjadi 251.0 gr. Jadi massa spirtus untuk memanaskan air tersebut adalah 1.2 gr. Berdasarkan hasil perhitungan pada hasil pengamatan panas pembakaran spirtus setiap molnya sebesar 0.037, Qreaksi spirtus sebesar ‒22312 joule.










VII.       Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada praktikum kali ini yang dilakukan di Laboratorium kimia, hasil perhitungan yang telah dijelaskan diatas. Sehingga dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1.      Massa lilin awal sebelum pembakaran yaitu sebesar 15.8 gram, setelah pembakaran mengalami perubahan massa setelah ditimbang sebesar 15.8 gram.
2.      Kalor yang diberikan kepada air pada saat pembakaran lilin sebesar 8,36 kj.
3.      Untuk menaikkan suhu air kenaikan 200C memerlukan kalor sebesar 1.6 gram.
4.      Panas pembakaran dari lilin ini sebesar 0.004 mol.
5.      ∆HC0 = ‒209000.
6.      Q reaksi lilin yaitu ‒5225 j.
7.      Massa spirtus awal sebelum pembakaran yaitu sebesar 252.2 gram, setelah pembakaran mengalami perubahan massa setelah ditimbang sebesar 251.0 gram.
8.      Kalor yang diberikan kepada air pada saat pembakaran spirtus sebesar 8,36 kj.
9.      Untuk menaikkan suhu air kenaikan 200C memerlukan kalor sebesar 1.2 gram.
10.  Panas pembakaran dari spirtus ini sebesar 0.0375 mol.
11.  ∆HC0 = ‒22312.
12.  Q reaksi spirtus  yaitu ‒ j.
13.  Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang kalor reaksi disebut termokimia.
14.  Reaksi kimia yang umum digunakan untuk menghasilkan energi adalah reaksi pembakaran, yaitu reaksi yang cepat antara bahan bakar dengan oksigen yang disertai terjadinya api.
15.  Lilin merupakan salah satu bahan yang bisa dibakar dapat menghasilkan panas.

Daftar Pustaka

Michael, Purba.2009.Kimia 2. Jakarta: CV. HaKa MJ
Karyadi, Benny. 1994. Kimia 2. Jakarta:PT. ERESCO
Kartimi.2013. Panduan praktikum kima dasar 2. Cirebon:IAIN Press
Petrucci, R. H., 1985. Kimia Dasar, Prinsip dan Terapan Modern.Jakarta: Erlangga
S, Syukri. 1999.  Kimia Dasar II. Bandung: Penerbit ITB.
Sunarya, yayan. 2001. Praktikum kimia dasar. Bandung : kimia FPMIPA UPI.
Nurjasadi, Nanu.2012.kalo-pembakaran. Diakses oleh http://nursajadi-nanu.blogspot.com/2012/04/kalor-pembakaran.html
pada pukul 20.30/08/april/2013
wikkipedia.org.lilin diakses oleh http://id.wikipedia.org/wiki/Lilin
pada pukul 20.30/08/april/2013






















Lampiran
Gb. Menimbang lilin dengan Neraca Ohous 311
Gb. Penimbangan spirtus
Gb. Penimbangan lilin setelah pembakaran
Gb. Pemanasan air dengan menggunakan Bunsen
Gb. Pemanasan air dengan menggunakan lilin
Gb. Penentuan suhu awal air
Gb. Bahan dan Alat praktikum