MATERI EVOLUSI
PETA KONSEP
Evolusi di permukaan bumi diawali dengan adanya
asal-usul kehidupan di muka bumi ini. Beberapa ilmuwan maupun ahli yang
mengemukakan pendapat atau argumentasi tentang asal-usul kehidupan ini, di antaranya
Archbishop Usser (1650 SM) dan Armagh (Inggris) yang menyimpulkan bahwa bumi
dan kehidupan di dalamnya diciptakan oleh Tuhan pada waktu yang telah
ditentukan (Teori Penciptaan). Adapun Teori Cosmozoa mengatakan bahwa kehidupan
di bumi berasal dari ruang angkasa. Hal ini dapat diamati pada banyaknya
molekul organik, seperti sianogen maupun asam hidrosianida yang ditemukan di
bumi.
Pada akhir abad ke-17, seorang ilmuwan IPA
berkebangsaan Belanda yaitu Antonie van Leeuwenhoek (1632–1723) mengemukakan
teori asal-usul kehidupan yang dikenal dengan Teori Abiogenesis (kehidupan
berasal dari benda mati). Teori ini sama halnya dengan Teori Generatio
Spontanea (Abiogenesis) dari Aristoteles (384–322 SM). Lain halnya dengan teori
yang dikemukakan oleh seorang ahli IPA Francisco Redi (1616–1628) melalui
percobaannya yang terkenal dengan dua toples yang masing-masing berisi daging,
dan salah satu toples ditutup rapat. Hasil dari percobaan ini ternyata dapat
menyanggah Teori Abiogenesis dengan kesimpulannya (Teori Biogenesis) bahwa
kehidupan berasal dari benda hidup bukan benda mati. Teori ini kemudian
diperkuat oleh Lazzaro Spallanzani (1729–1799) yang melakukan eksperimen dengan
tiga buah tabung yang berisi air kaldu. Tabung pertama dibiarkan terbuka,
sedangkan tabung kedua dan ketiga dipanasi sampai mendidih selama 15 menit.
Pada tabung kedua dibiarkan mulutnya terbuka, sedangkan tabung ketiga ditutup
rapat dengan lapisan lilin. Setelah dibiarkan selama tujuh hari, air kaldu yang
tutupnya terbuka menjadi keruh penuh dengan bakteri, sedang air kaldu yang
tertutup keadaannya masih seperti semula.
Gambar. 1.1 percobaan Biogenesis (Louis Pasteur)
Sumber: Ensiklopedi Sains& Kehidupan,
|
Berdasarkan
eksperimen L. Spallanzani, ternyata ada kelemahannya yaitu dengan tertutupnya
tabung, maka hal tersebut menutup kemungkinan adanya gaya yang masuk untuk
hidup. Untuk itu, Louis Pasteur (1822–1895) seorang ahli biokimia dan
mikrobiologi dari Prancis mengadakan riset dengan mengganti tabung yang
tertutup tersebut dengan pipa panjang berlekuk (seperti leher angsa) yang
terbuka atau dapat berhubungan dengan udara luar. Hal ini diperkirakan jika ada
bakteri tidak akan dapat masuk ke dalam tabung karena tertahan dalam leher
angsa tersebut. Berdasarkan hasil ini, berakhirlah Teori Abiogenesis dan
digantikan Teori Biogenesis dengan pernyataannya yang terkenal omne vivum ex
ovo omne ovum ex vivo (kehidupan berasal dari telur, telur berasal dari
makhluk hidup).
Berdasarkan
hasil eksperimen Louis Pasteur yang berhasil menumbangkan Teori Abiogenesis
itu, kemudian ahli biokimia Rusia Oparin (1929) dan ahli kimia Amerika Harold
Urey (1893) mengemukakan tentang Teori Urey dan Teori Oparin. Teori tersebut
menyatakan bahwa kehidupan berawal dari atmosfer yang kemudian berkembang
menjadi berbagai makhluk hidup seperti sekarang ini.
Untuk membuktikannya, Stanley
Miller (1953) mahasiswa dari Universitas Chicago,
membuat serangkaian alat
percobaan dengan tabung kaca yang diatur pemasukan gas-gas CH4, NH3,
H2, dan H2O. Alat tersebut dilengkapi dengan
elektrode-elektrode bersumber listrik, yang berfungsi untuk menghasilkan
loncatan bunga api sekaligus sebagai pencampur dari gas-gas tadi. Hasil dari
loncatan bunga api yang bertegangan tinggi me mbentuk satu senyawa kimia yaitu
asam amino.
Gambar. 1.2 Percobaan Stanley Miller
Sumber. Biologi, 1992 |
Atmosfer bumi kita kaya akan zatzat kimia seperti CH4
(metana), N H3 (amoniak), dan hidrogen. Zat-zat kimia tersebut
bersama air dalam bentuk uap air akan mengadakan reaksi dengan sinar-sinar
kosmis dan loncatan-loncatan listrik alam membentuk protein, yang merupakan
komponen dasar makhluk hidup.
Berdasarkan beberapa teori yang mengemukakan tentang
asal-usul kehidupan tersebut, menjadikan pengetahuan awal dalam membuka ragam
kehidupan yang ada sampai saat sekarang ini. Setelah itu, banyak ilmuwan ̶
ilmuwan yang menyelidiki lebih lanjut tentang keanekaragaman makhluk hidup di
bumi ini. Dengan kata lain, pengetahuan evolusi menjadi perhatian serta bahan
penyelidikan yang menarik.
A. Pengertian
Evolusi
Evolusi pada
makhluk hidup adalah
perubahan yang dialami makhluk hidup secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama sehingga terbentuk spesies baru. Kajian yang membahas tentang kejadian makhluk hidup yang bisa beraneka ragam di bumi ini disebut dengan Teori Evolusi.
perubahan yang dialami makhluk hidup secara berangsur-angsur dalam waktu yang lama sehingga terbentuk spesies baru. Kajian yang membahas tentang kejadian makhluk hidup yang bisa beraneka ragam di bumi ini disebut dengan Teori Evolusi.
Para ilmuwan
biologi, seperti Charles Darwin (Inggris, 1809–1882) menyatakan bahwa makhluk
hidup selalu mengalami perubahan secara berangsur-angsur dalam waktu yang
relatif lama. Dengan adanya perubahan tersebut, mengakibatkan timbulnya sifat-sifat
baru. Sifat baru yang mula-mula merupakan penyimpangan sedikit dari sifat asli,
namun karena berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama akhirnya
menyebabkan munculnya jenis makhluk hidup baru dengan sifat yang berbeda dari
sifat asal makhluk hidup tersebut.
Para ahli
biologi telah mengakui bahwa makhluk hidup yang ada sekarang berasal dari
makhluk hidup pada masa lalu. Bukti adanya petunjuk kehidupan pada masa lalu
yang berbeda terdapat pada tiap-tiap lapisan bumi dengan adanya perubahan yang
nyata dari masa ke masa. Lapisan bumi yang paling atas menunjukkan adanya
kegiatan pada masa yang paling muda. Makin ke bawah, memberi petunjuk pada masa
yang lebih tua. Spesies-spesies yang hidup pada lapisan bumi yang atas, berasal
dari kehidupan pada lapisan bumi di bawahnya. Begitu seterusnya, sehingga makhluk
hidup yang ada sekarang berasal dari makhluk hidup pada masa lampau yang
mengalami beberapa perubahan melalui peristiwa evolusi.
B. Petunjuk-Petunjuk
Evolusi
Petunjuk evolusi
digunakan untuk menjawab kebenaran tentang adanya evolusi. Petunjuk evolusi berupa
fakta-fakta yang terdapat di bumi yang mendukung peristiwa evolusi sebagai berikut.
1. Variasi
dari Individu-Individu dalam Satu Keturunan
Kenyataan di alam tidak pernah ditemukan
individu yang sama persis, meskipun dalam satu keturunan. Adanya perbedaan
tersebut menimbulkan variasi. Individu yang mengalami variasi disebut varian.
Darwin berpendapat variasi-variasi tersebut dipengaruhi oleh faktor dari luar,
misal makanan, suhu, dan tanah. Jika individu yang telah mengalami perubahan
berada pada tempat yang berbeda dari asalnya, dalam perkembangannya akan
mengalami perubahan yang sifatnya menetap dan akan makin berbeda dengan nenek
moyang dari tempat asal-usulnya. Darwin juga berpendapat pada peristiwa
domestikasi spesies yang dimuliakan, manusia berasal dari spesies liar yang
kemudian mengalami perubahan yang akhirnya terjadi variasi. Terjadinya variasi
digunakan sebagai petunjuk adanya evolusi yang mengarah pada terbentuknya
spesies-spesies baru.
2. Petunjuk
Fosil dari Berbagai Lapisan Bumi
Fosil digunakan sebagai petunjuk evolusi
karena merupakan sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang telah membatu yang berada
pada lapisan-lapisan bumi. Lapisan-lapisan bumi menunjukkan tingkat usia bumi
sehingga dapat dijadikan petunjuk adanya hewan atau tumbuhan pada masa-masa tertentu.
Umur fosil ditentukan berdasarkan lapisan bumi tempat fosil ditemukan. Dengan
membandingkan macam˗macam fosil dari berbagai lapisan bumi diperoleh petunjuk bahwa
telah terjadi evolusi. Adanya perubahan bentuk˗bentuk fosil dari lapisan bumi
yang tua ke lapisan bumi yang muda, merupakan petunjuk mengenai adanya evolusi.
Ditemukannya fosil kuda secara lengkap pada setiap zaman geologi menunjukkan
adanya perubahan secara berangsur˗angsur dalam waktu yang lama sesuai dengan perubahan
masa. Kuda yang pertama ditemukan disebut Eohippus yang hidup pada zaman
Eosin 60 juta tahun yang lalu.
Perubahan-perubahan yang terjadi dari Eohippus
sampai Equus adalah sebagai berikut.
a. Ukuran
dari sebesar kucing berkembang sampai menjadi sebesar kuda seperti sekarang.
b. Perkembangan
kepala makin besar sehingga jarak antara ujung mulut dengan mata makin panjang.
c. Leher
makin tumbuh panjang dan mudah digerakkan.
d. Perkembangan
geraham depan dan belakang makin sempurna untuk menghancurkan makanan (rumput)
secara mekanis.
e. Anggota
tubuh makin panjang, sehingga kemampuan
f. berlari
makin cepat.
g. Perubahan
bentuk dan jumlah jari kaki dari berjumlah 5 hingga tinggal satu jari yang
tumbuh membesar dan panjang. Jari ke-2 dan ke-4 mereduksi hingga tidak
berfungsi lagi.
Gambar. 1.4 Evolusi kuda
Sumber. Encarta
Encyclopedia
3. Homologi
Antarorgan-organ pada Makhluk Hidup
Homologi adalah organ-organ yang
mempunyai bentuk asal sama dan kemudian berubah strukturnya sehingga fungsinya
berbeda. Homologi digunakan sebagai petunjuk evolusi dengan membandingkan asal-usul
organ-organ makhluk hidup tersebut dari berbagai spesies. Contoh, tangan manusia
homolog dengan kaki depan kucing, kuda, buaya, dan vertebrata lainnya, namun fungsi
dari anggota depan masing- masing spesies tersebut berbeda. Sebaliknya,
organ-organ yang sama fungsinya tetapi memiliki asal˗usul yang berbeda disebut
analog. Contoh, sayap burung analog dengan sayap serangga. Macam˗macam anggota
gerak itu pada spesies-spesies tersebut mengalami modifikasi yang adaptif.
Gambar 1. 5 Homologi anggota
tubuh depan berbagai macam Vertebrata
Sumber: Encarta Encyclopedia
4. Embriologi
Perbandingan dalam Perkembangan Makhluk Hidup
Embriologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang perkembangan embrio. Perkembangan embrio menunjukkan adanya kesamaan
pada fase-fase perkembangannya. Haeckel (1834–1919) mengemukakan Teori
Rekapitulasi yang menyatakan bahwa suatu organisme atau individu dalam perkembangannya
(ontogeni) cenderung untuk merekapitulasi tahap-tahap perkembangan yang telah
dilalui nenek moyangnya (filogeni). Filogeni adalah sejarah perkembangan organisme
dari filum paling sederhana hingga paling sempurna. Ontogeni adalah sejarah
perkembangan organisme dari zigot sampai dewasa. Ontogeni organisme merupakan ulangan
dari sejarah perkembangan evolusi atau dengan kata lain ontogeni merupakan
ulangan singkat dari filogeni. Dalam embriologi perbandingan terdapat hubungan
kekerabatan pada Vertebrata yang ditunjukkan adanya persamaan bentuk perkembangan
yang dialami dari zigot sampai embrio. Makin banyak persamaan yang dimiliki
embrio-embrio menunjukkan makin dekatnya hubungan kekerabatan.
Gambar. 1.6 Perkembangan bermacam-macam embrio Vertebrata
Sumber: Biologi, 1992
5. Pengaruh
Penyebaran Geografis Makhluk Hidup
Letak geografis berpengaruh terhadap
faktor-faktor utama yang menentukan berbagai tipe atau karakteristik habitat tertentu.
Iklim merupakan faktor utama yang menentukan tipe tanah maupun spesies tumbuhan
yang tumbuh di daerah tersebut. Sebaliknya jenis tumbuhan yang ada menentukan jenis
hewan dan mikroorganisme yang akan menghuni daerah tersebut. Pada dasarnya
iklim tergantung pada matahari. Matahari bertanggung jawab tidak hanya sebagai
intensitas cahaya yang tersedia untuk proses fotosintesis tetapi juga temperatur
pada umumnya. Komponen iklim lain yang menentukan organisme apa yang dapat
hidup di suatu daerah adalah kelembapan. Curah hujan yang banyak diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan pohon-pohon yang besar, sedangkan curah hujan yang
sedikit membantu komunitas yang didominasi oleh pohon-pohon pendek, semak
belukar, dan rumput. Dengan demikian iklim merupakan salah satu faktor utama
terbentuknya daerah-daerah biografi. Daerahdaerah biografi menekankan terutama
pada sejarah evolusi (perkembangan) dari kelompok-kelompok organisme. Dari mana
mereka berasal, bagaimana mereka menyebar, dan bagaimana distribusinya pada
masa sekarang dapat menjelaskan tentang sejarahnya pada masa lalu.
C. Mekanisme Evolusi
Tidak ada
makhluk hidup yang sama persis meskipun berada dalam satu spesies. Keberadaan
macam-macam karakteristik yang dimiliki individu berperan sebagai pembeda
antara individu yang satu dengan yang lain. Sifat-sifat yang berbeda yang terdapat
pada individu-individu dalam satu spesies disebut variasi. Individu yang
mengalami variasi disebut varian. Jika satu spesies hidup pada suatu tempat
yang berbeda dari asal-usulnya, keturunan-keturunan berikutnya akan mengalami
perubahan sehingga spesies tersebut tidak sama dengan spesies dari asal usulnya,
dengan demikian muncul varian.
Sifat dan
karakteristik yang dimiliki suatu individu ditentukan oleh gen. Perubahan yang
terjadi pada gen menyebabkan terjadinya perubahan sifat pada individu.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perubahan gen? Perubahan gen disebabkan
adanya mutasi gen dan rekombinasi gen. Mutasi gen adalah perubahan susunan
kimia dari suatu gen. Mutasi gen merupakan mekanisme evolusi yang sangat
penting. Pewarisan sifat dari induk ke generasi berikutnya terjadi melalui
gamet induk. Kenyataan itu menyebabkan setiap gamet mengandung beribu-ribu gen,
setiap individu menghasilkan beribu-ribu gamet, sehingga jumlah generasi yang
terjadi sedemikian banyak selama masih adanya spesies tersebut. Berdasarkan
kenyataan tersebut, dapat diprediksi jumlah mutasi gen melalui laju mutasi gen
dari suatu spesies.
Pemunculan
mutasi gen seakan-akan terjadi secara spontan, misalnya di antara seribu biji
yang normal ditemukan satu biji yang tidak normal. Biji yang tidak normal
tersebut menghasilkan embrio yang abnormal. Hal ini terjadi melalui mutasi gen
sehingga laju mutasi spontan pada biji tersebut dikatakan 1 : 1.000 atau 10–3.
Laju mutasi suatu spesies adalah angka-angka yang menunjukkan jumlah gen-gen yang
bermutasi di antara seluruh gamet yang dihasilkan oleh satu individu dari suatu
spesies. Angka laju mutasi gen yang menguntungkan sangat kecil, yaitu sekitar 1
: 1.000. Akan tetapi, karena jumlah generasi selama spesies tersebut hidup
cukup besar, maka jumlah mutasi yang menguntungkan mencapai angka yang cukup
besar pula. Misalnya terdapat data sebagai berikut.
1. Angka
laju mutasi per gen adalah 1 : 200.000.
2. Jumlah
gen dalam individu yang mampu bermutasi sebesar 1.000.
3. Perbandingan
antara mutasi gen yang menguntungkan dengan mutasi yang terjadi adalah 1 :
1.000.
4. Jumlah
populasi spesies 100.000.000.
5. Jumlah
generasi selama spesies itu ada sebesar 5.000.
Untuk mengetahui mutasi gen yang
menguntungkan selama spesies itu masih ada adalah sebagai berikut.
1. Jumlah
gen yang bermutasi = 1 x 1000 = 1 gen.
200.000 200
Jumlah
mutasi yang menguntungkan dari gen yang bermutasi 1 x 1 = 1 200 1000 200.000
2. Dalam
setiap generasi mutasi gen yang menguntungkan = 1 x 100.000.000 = 500gen
200.000
3. Selama
spesies itu ada (5.000 generasi) akan terjadi mutasi gen yang menguntungkan
sebesar = 500 x 5.000 = 2.500.000 gen.
Apabila mutasi yang menguntungkan cukup
besar, hal ini memberi peluang munculnya spesies yang adaptif menjadi besar pula.
Adanya peristiwa mutasi gen yang menguntungkan, memunculkan spesies dengan
sifat:
1. lebih
adaptif;
2. daya
fertilitas dan daya ketahanan spesies meningkat;
3. sifat
baru yang menguntungkan.
Evolusi terjadi lebih berpeluang
disebabkan adanya mutasi gen yang menguntungkan pada individu setiap spesies.
Seperti halnya suksesi (persebaran kronologi makhluk dalam suatu daerah),
evolusi memunculkan individu-individu (spesies-spesies) yang berbeda pada
setiap masanya. Awal mula suksesi, spesies yang hidup pada suatu tempat dan
waktu tertentu hanya dihuni oleh beberapa spesies yang mampu beradaptasi
terhadap lingkungan awalnya. Pada tahap berikutnya, spesies-spesies yang lama
akan mati meninggalkan materi-materi fisik tertentu. Proses pelapukan maupun
penambahan unsur hara mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi fisik
lingkungan. Perubahan itu memungkinkan hidupnya spesies-spesies baru yang lebih
cocok untuk adaptasi terhadap lingkungan tersebut. Sama halnya dengan evolusi, munculnya mutasi gen yang
menguntungkan akan muncul pula individu-individu baru dengan daya adaptasi yang
tinggi terhadap perubahan lingkungan yang terjadi.
Adanya perubahan lingkungan yang terjadi
dari masa ke masa, mengakibatkan individu-individu yang hidup pada masamasa tersebut
mengalami perubahan pula. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
spesies-spesies yang hidup dari masa ke masa mengalami perubahan-perubahan.
Demikianlah yang menjadi dasar terjadinya evolusi.
Evolusi juga didukung adanya faktor-faktor sebagai
berikut.
1. Seleksi
Alam
Alam mengadakan seleksi terhadap makhluk
hidup yang ada di dalamnya. Hanya
makhluk hidup yang dapat beradaptasi yang
mampu bertahan hidup dan berkembang biak, sedangkan yang tidak mampu
beradaptasi akan punah dan gagal melangsungkan kehidupan-nya.
2. Migrasi
Migrasi adalah perpindahan
spesies-spesies ke tempat˗tempat baru. Perpindahan tersebut menghasilkan pola
kehidupan baru yang mendukung terjadinya perubahan pada spesies-spesies
tersebut. Pada tempat yang baru generasigenerasi yang muncul akan berbeda dari
spesies-spesies nenek moyang asal-usulnya.
3. Rekombinasi
Gen
Rekombinasi gen terjadi melalui
perkawinan yang menyebabkan perubahan frekuensi gen pada generasi berikutnya. Melalui
perkawinan silang, akan dihasilkan varietas baru. Varietas baru ini terjadi
akibat pembuahan atau penyerbukan dari individu lain sehingga terjadi
rekombinasi gen. Rekombinasi gen-gen yang disebabkan oleh perkawinan silang merupakan
dasar terjadinya evolusi, karena melalui rekombinasi memungkinkan adanya
variasi baru.
Apabila varietas-varietas baru yang
terbentuk menempati daerah yang sangat berbeda dan tidak memungkinkan
terjadinya interhibridisasi, dua varietas baru tersebut akan mengalami perubahan-perubahan
yang pada akhirnya akan menjadi dua spesies yang berbeda.
Proses
pembentukan spesies baru ini disebut spesiasi. Spesiasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai berikut.
1. Isolasi
Reproduksi
Apabila dua spesies yang asal-usulnya
sama, kemudian terjadi perubahan yang mendasar sehingga mengakibatkan tidak
terjadinya kesamaan alat reproduksi dan tidak terjadi interhibridisasi, maka spesies
tersebut menjadi dua kelompok populasi simpatrik (populasi yang berbeda
spesies).
2. Isolasi
Geografis
Isolasi geografis merupakan pemisahan
kedua spesies simpatrik karena letak geografis yang mengakibatkan tidak terjadinya
interhibridisasi.
3. Domestikasi
Penjinakan hewan-hewan liar menjadi
hewan peliharaan disebut domestikasi. Domestikasi menyebabkan terjadinya penyimpangan
dari keadaan aslinya sehingga mengarah pada terbentuknya spesies baru. Secara
alami, hewan˗hewan peliharaan akan memisahkan diri dari hewan-hewan liar dan
mempersempit peluang terjadinya interhibridisasi.
4. Peristiwa
Poliploidi
Poliploidi adalah suatu keadaan yang
tidak normal, di mana jumlah kromosom menjadi berlipat ganda sehingga tidak
mewarisi sifat dari induknya dan menyebabkan terbentuknya spesies baru.
Peristiwa poliploidi antara lain dipengaruhi oleh radiasi dan zat kimia
tertentu.
D. Perkembangan
Teori Evolusi
Walaupun telah banyak
para ahli yang mengemukakan tentang evolusi, namun Darwinlah yang dianggap
sebagai orang yang mencetak Teori Evolusi. Teori Evolusi didasarkan pada seleksi
alam, dan didukung dengan fakta-fakta yang merupakan pedoman bagi penyelidikan
biologi. Teori Evolusi yang diciptakan oleh Darwin dimulai dari ekspedisinya di
Kepulauan Galapagos pada tahun 1835. Kepulauan Galapagos terletak 900 km di sebelah
barat Pantai Ekuador, Amerika Selatan. Di pulau ini, Darwin meneliti berbagai
macam kura-kura dan burung finch (pipit). Burung-burung itu mempunyai variasi
bentuk dan ukuran paruh yang berbeda-beda. Burung ini mempunyai sifat yang sama
dengan burung-burung yang hidup di Ekuador, Amerika Selatan. Dari hasil
penelitiannya, ternyata burung-burung finch di Kepulauan Galapagos beraneka
ragam dalam bentuk tubuh, besar
kecilnya paruh, dan perilaku.
Berdasarkan
kesamaan sifat yang ada, Darwin menduga burung finch di Galapagos berasal dari
keturunan yang sama dengan burung finch dari Amerika Selatan. Karena migrasi, burung
tersebut berpindah ke Kepulauan Galapagos yang mempunyai keadaan lingkungan
berbeda dengan tempat asalnya. Pada lingkungan baru yang beraneka ragam,
dihasilkan 14 spesies burung finch yang dapat dibeda-bedakan menurut ukuran dan
bentuk paruhnya. Perbedaan-perbedaan ini diduga ada hubungannya dengan jenis
makanan. Adapun jenis-jenis burung finch sebagai berikut.
1. Burung
finch dengan paruh tebal dan kuat merupakan pemakan biji-bijian yang terdapat
di tanah. Burung finch jenis ini ditemukan sebanyak enam spesies.
2. Burung
finch dengan paruh lurus merupakan burung pengisap madu. Burung finch jenis ini
mempunyai berbagai macam bentuk paruh yang berlainan yang dipengaruhi dari pohon-pohon
penghasil madu.
3. Burung
finch dengan paruh tebal, lurus, dan berlidah pendek merupakan burung pematuk
dalam mencari mangsa. Burung-burung tersebut serupa tetapi masing-masing
memiliki ciri khas yang berbeda.
Darwin,
dalam membentuk pendapatnya tentang timbulnya spesies banyak dipengaruhi oleh isi
buku Charles Lyell (Inggris, 1797–1875) dalam bukunya yang berjudul Principles
of Geology, dan Thomas Robert Maltus (Inggris, 1766–1834) dalam bukunya
yang berjudul, An Essay on The Principle of Population. Kedua pendapat
tersebut memengaruhi anggapan Darwin dalam mencari jawaban tentang terbentuknya
makhluk hidup sekarang.
Di
alam, individu yang tidak sesuai dan tidak mampu beradaptasi akan punah dan hanya
individu yang sesuai yang menghasilkan generasi selanjutnya. Seleksi alam telah
berperan terhadap munculnya penyimpangan-penyimpangan atau perubahan- perubahan
pada makhluk hidup. Darwin mengumpulkan faktafakta yang berguna untuk
memperkukuh teorinya. Kumpulan semua hasil studinya disusun ke dalam sebuah
buku yang berjudul On the Origin of Species by Means of Natural Selection
(Timbulnya Spesies Baru Melalui Seleksi Alam) pada tahun 1859.
Buku ini memuat dua
teori sebagai berikut.
1. Spesies
yang hidup sekarang berasal dari spesies yang hidup di masa lampau.
2. Evolusi
terjadi melalui seleksi alam.
Para
ahli ilmu pengetahuan ada yang sependapat dengan teori ini, dan ada pula yang
menolak kedua teori Darwin tersebut. Berbeda dengan pendapat Lamarck yang juga
mengemukakan Teori Evolusi, bahwa perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu
individu disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Lamarck berpendapat bahwa organ-organ
yang terlatih dan sering digunakan akan berkembang dan membesar. Sebaliknya,
jika tidak sering digunakan akan mengecil dan mereduksi, akhirnya lenyap.
Silang pendapat antara Lamarck dan Darwin di antaranya mengenai jerapah berleher
panjang dan berleher pendek. Menurut Lamarck, jerapah yang berleher panjang
pada mulanya berasal dari jerapah yang berleher pendek, tetapi karena harus mencapai
daun-daun dari pohon yang tinggi maka lehernya tumbuh menjadi agak panjang. Sifat
leher panjang ini diturunkan pada generasi berikutnya, sehingga dari generasi
ke generasi, jerapah memiliki leher panjang.
Darwin
tidak sependapat, menurutnya nenek moyang jerapah terdiri atas individu yang
berleher panjang dan pendek. Jerapah yang berleher panjang mudah memperoleh
makanan sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adapun jerapah
yang berleher pendek punah karena tidak mampu mempertahanan kelangsungan
hidupnya. Dengan demikian, evolusi terjadi melalui seleksi alam terhadap
populasi jerapah.
Teori
Lamarck menekankan peranan lingkungan terhadap terbentuknya perubahan-perubahan
pada suatu individu, tetapi sifat-sifat tersebut tidak dapat diturunkan.
Percobaan August Wismann (1834–1914) membuktikan pada pemotongan ekor tikus sampai
pada 20 generasi, ternyata generasi ke-21 tetap memiliki ekor seperti generasi
sebelumnya. Menurut Wismann, evolusi menyangkut tentang cara diwariskannya
gen-gen melalui sel-sel kelamin, misalnya evolusi adalah gejala seleksi alam
terhadap faktor-faktor genetika.
E. Tanggapan Teori Evolusi Darwin
Perjalanan
Teori Evolusi Darwin sampai sekarang terus mendapatkan kritik dan penolakan-penolakan
dari berbagai ahli dan ilmuwan. Dalam konteks agama, Teori Evolusi terkait
dengan keyakinan bahwa Tuhan adalah pencipta makhluk hidup, sementara Teori
Evolusi menyangkal terjadinya fenomena tersebut dan menggantikan dengan konsep
evolusi. Penolakan Teori Evolusi menurut beberapa ahli hanya merupakan conjecture
atau dugaan belaka tanpa dukungan fakta. Adanya tingkatan kemajuan bentuk
hidup, dari pengamatan fosil suatu strata ke strata berikutnya menunjukkan adanya
perencanaan dalam penciptaan makhluk hidup dan bukan merupakan perubahan alami
akibat adanya tekanan dari lingkungan.
Argumentasi
lain dari ilmuwan yang menolak konsep Teori Evolusi adalah dipertanyakannya apakah
variasi dapat terakumulasi sebagaimana yang dikatakan Darwin. Ilmuwan tersebut juga
mempertanyakan apakah usia bumi cukup lama untuk memungkinkan seleksi alam
sehingga menghasilkan demikian beranekanya makhluk hidup. Bukti-bukti fosil
oleh beberapa ahli geologi tidak mendukung gambaran terjadinya evolusi yang
bertahap. Jika suatu spesies berasal dari spesies lain melalui perubahan
sedikit demi sedikit, mengapa tidak terlihat sejumlah besar bentuk transisi di
manapun? Mengapa tidak ditemukan bukti-bukti spesies di kerak bumi dalam jumlah tak terhitung? Mengapa
tidak ditemukan jenis-jenis peralihan dengan kekerabatan yang erat?
Saat
ini sudah banyak buku yang ditulis ilmuwan yang menentang Teori Evolusi. Beberapa
di antaranya: Norman Macbeth (1971, Darwin Retried: An Appeal to Reason),
Michael Denton (1985, Evolution: A Theory in Crisis), Robert Saphiro
(1986, Origins: A Sceptics Guide to The Creation of Life on Arth), Michael
J. Behe (1996, Darwin’s Black Box), W.R. Bird (1991, The Origin of
Species Revisited), Elaine Morgan (1994, The Scars of Evolution).
Penolakan lain terhadap Teori Evolusi Darwin disampaikan oleh Harun Yahya,
seorang penulis dari Turki. Harun Yahya (2004) menolak terhadap mekanisme yang menyebabkan
terjadinya proses evolusi. Menurutnya, tidak pernah dikemukakan sebuah bukti
yang menunjukkan bahwa seleksi alam telah menyebabkan makhluk hidup berevolusi.
Seleksi
alam hanya menyatakan bahwa makhluk hidup yang lebih mampu menyesuaikan diri
dengan kondisi alam habitatnya akan mendominasi dengan cara memiliki keturunan
yang mampu bertahan hidup. Sebaliknya, yang tidak mampu akan punah. Sebagai contoh,
dalam sekelompok rusa yang hidup di bawah ancaman pemangsa. Secara alamiah
rusa-rusa yang mampu berlari lebih cepat akan dapat bertahan hidup. Akan
tetapi, hingga kapan pun proses ini berlangsung tidak akan membuat rusa-rusa
menjadi spesies lain. Dengan demikian, seleksi alam tidak dapat melakukan apa
pun sampai variasi-variasi menguntungkan terjadi.
Mutasi
didefinisikan sebagai pemutusan atau penggantian yang terjadi pada molekul DNA.
Dalam kenyataannya, mutasi bersifat kecil, acak, dan berbahaya. Mutasi jarang
terjadi, kalaupun terjadi kemungkinan besar mutasi tidak berguna sehingga karakteristik
mutasi ini menunjukkan bahwa mutasi tidak mengarah pada perkembangan evolusioner.
Suatu perubahan acak pada organisme bersifat tidak berguna atau membahayakan.
Ada tiga alasan utama mutasi tidak dapat dijadikan bukti yang mendukung pernyataan
evolusi sebagai berikut.
1. Efek
langsung dari mutasi membahayakan. Karena, mutasi hampir selalu merusak makhluk
hidup yang mengalaminya.
2. Mutasi
tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme. Mutasi tidak dapat
memberi makhluk hidup organ atau sifat baru.
3. Agar
dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, mutasi harus terjadi pada sel-sel
reproduksi organisme tersebut. Perubahan acak yang terjadi pada sel biasa tidak
dapat diwariskan pada generasi berikutnya.
Darwin
menyebutkan variasi dalam suatu spesies sebagai bukti kebenaran teorinya. Akan
tetapi, variasi bukanlah evolusi. Variasi hanyalah hasil aneka kombinasi
informasi genetis yang sudah ada dan tidak menambahkan karakteristik baru pada
informasi genetis. Pada makhluk hidup, semua usaha pengawinan untuk
menghasilkan variasi-variasi baru tidak meyakinkan dan ada batasan-batasan yang
ketat di antara spesies-spesies makhluk hidup yang berbeda. Artinya, sangat mustahil
bagi peternak mengubah sapi menjadi spesies berbeda dengan cara mengawinkan
varietas-varietasnya.
Darwin
mengemukakan bahwa makhluk dengan organorgan yang mirip (homolog) memiliki
hubungan evolusi di antara mereka dan organ-organ ini diwarisi dari nenek
moyang yang sama. Hal ini ditentang, karena homologi hanya merupakan argumen
yang didasarkan kemiripan fisik. Tidak pernah dibuktikan satu fosil nenek
moyang yang memiliki struktur homolog. Hal ini dibuktikan sebagai berikut.
1. Organ-organ
homolog ditemukan pula pada spesies-spesies yang berbeda.
2. Kode-kode
genetis beberapa makhluk yang memiliki organ homolog sama sekali berbeda.
3. Perkembangan
embriologis organ-organ homolog benar˗benar berbeda pada makhluk-makhluk yang
berbeda.
Dengan demikian, riset genetis dan
embriologis telah membuktikan bahwa konsep homologi yang dinyatakan Darwin
sebagai bukti evolusi makhluk-makhluk hidup dari nenek moyang yang sama tidak
dapat dianggap sebagai bukti.
Menurut Teori Evolusi, setiap spesies
hidup berasal dari satu nenek moyang. Spesies yang ada sebelumnya lambat laun berubah
menjadi spesies lain dan semua spesies muncul dengan cara ini. Perubahan ini
berlangsung sedikit demi sedikit dalam jangka waktu jutaan tahun. Hal yang
menjadi penolakan adalah seharusnya terdapat banyak spesies peralihan selama
periode perubahan yang panjang ini.
SUMBER
Subardi, Nuryani, Shidiq
Pramono.2009. Bse Untuk Kelas XII SMA
dan MA. Jakarta:
penerbit CV. Usaha Makmur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar