Jumat, 18 September 2015

GERAKAN RENAISANS



    BAB IV
                                         GERAKAN RENAISANS

1.    Faktor Pendorong Lahirnya Gerakan Renaisans

Renaissance mempunyai arti penting dalam sejarah kebudayaan Barat. Renaissance
adalah masa kekuasaan, kesadaran, keberanian, kepandaian yang luar biasa, kebebasan dan seringkali semua itu tidak ada batasnya.
Manusia Renaissance ditandai dengan pemilikan ilmu pengetahuan lebih dari satu, maksudnya menguasai banyak ilmu pengetahuan. Agama menjadi hal yang hanya mengenai individu, perhatian orang lebih banyak ditujukan untuk dunia.
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:
a)      Implikasi yang sangat signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat. Gerakan tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa latin selama abad ke-13 dan 14.
b)      Penaklukkan Konstantinopel menyebabkan migrasi para pendeta dan sarjana ke Italia dan Negara Eropa sebagai pionir pengembangan ilmu di Eropa.
c)      Pendirian berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu, seperti berdirinya Akademi Florensia dan College de France di Paris, (Hakim A. & Saebani. 2008: 16-18).
Bila diuraikan faktor pendorong lahirnya gerakan ini yang pertama, adalah adanya gerakan keilmuan dan filsafat dengan diterjemahkannya kitab-kitab Arab yang memiliki kunci-kunci khazanah turas klasik Yunani. Hal ini karena pada masa keemasan Baghdad sangat memperhatikan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan termasuk menerjemahkan ilmu-ilmu klasik Yunani dan selanjutnya mengalami perkembangan dengan lahirnya para ilmuan Islam pada saat itu.
Hasil penerjemahan karya-karya Muslim menstimulasi perkembangan lebih lanjut teori dan praktek terutama di bidang matematika, kedokteran, astronomi, fisika, kimia, geografi, sejarah, musik, teologi, dan filsafat.
Yang kedua, adalah adanya migrasi para pendeta dan sarjana yang menjadi pionir-pionir bagi pengembangan ilmu di Eropa pasca penaklukan Konstantinopel oleh Turki Usmani. Dengan membawa teks atau manuskrip yang belum dikenal sebelumnya, para pendeta dan sarjana saling bekerjasama untuk menghidupkan turas klasik Yunani di Florensia.
Dan yang ketiga, adalah adanya pendirian lembaga ilmiah seperti Akademi Florensia dan College de France di Paris. Pada abad ke-12 dan abad ke-13, hampir sepenuhnya ilmu pengetahuan bertumpu pada tulisan para penulis Muslim atau Yunani sebagai implikasi penerjemahan sumber-sumber bahasa Arab dan Yunani.
 Ilmu pengetahuan Muslim Aristotelian menjadi inti kurikulum Universitas Paris hingga abad ke-16 yang kemudian muncul Copernicus dalam astronomi, Paracelsus dalam ilmu kedokteran telah membuka gerbang mengenai konsep baru tentang manusia dan dunianya yang berdampak terhadap runtuhnya periode abad pertengahan.
Selain ketiga faktor tersebut, menurut Santoso (dalam Mustansyir 2008: 134) ada beberapa faktor lain yang menimbulkan gerakan renaisans, yaitu:
a)      Hubungan antara kerajaan Islam di Semenanjung Liberia dengan Prancis membuat para pendeta mendapat kesempatan belajar di Spanyol kemudian mereka kembali ke Prancis untuk menyebarkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh.
b)      Perang Salib (1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya menjadi ajang peperangan fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa kedua faktor ini memiliki indikator yang sama, yakni adanya kontribusi yang besar dari para pendeta serta tentara Eropa dalam menyebarkan dan mengevaluasi setiap aspek ilmu pengetahuan berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber untuk dijadikan tolak ukur kemajuan di berbagai bidang. Sehingga mendorong lahirnya gerakan Renaisans.
a.      Apa Renaisans itu
Menurut Ahmad Tafsir Renaisans berasal dari bahasa perancis dari kata re dan nasci yang berarti lahir kembali (rebirth). Istiah ini biasanya digunakan oleh sejarahwan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke 15 dan ke 16, (Tafsir. 2001: 124-125).
Istilah Renaissance berasal dari bahasa Perancis yang berarti kebangkitan kembali, yang lahir kembali adalah kebudayaan Yunani dan Romawi Kuno, setelah berabad-abad dikubur oleh masyarakat abad pertengahan dibawah pimpinan gereja, (Hardiman. 2011:7).
Jadi renaisans merupakan suatu gerakan yang meliputi suatu zaman dimana orang merasa dilahirkan kembali dalam keadaban. Gerakan ini juga menunjuk pada zaman dimana ditekankan otonomi dan kedaulatan manusia dalam berpikir, berkreasi serta mengembangkan seni dan sastra dan ilmu pengetahuan.
Oleh sejarawan, istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa. Orang yang pertama kali menggunakan istilah tersebut ialah Jules Michelet, sejarawan Perancis terkenal.
Menurutnya, Renaissance adalah periode penemuan manusia dan dunia, bukan sekedar sebagai kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern. Dan bila dikaitkan dengan keadaan, Renaissance adalah masa antara zaman pertengahan dan zaman modern yang dapat dipandang sebagai masa peralihan yang ditandai oleh terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran.
Awal mula dari suatu masa baru ditandai oleh suatu usaha besar dari seorang tokoh utama filsafat modern, yaitu Descartes (1596-1650 M) untuk memberikan kepada filsafat suatu bangunan yang baru.
Dalam bidang filsafat, zaman Reanissanse kurang menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Namun diantara perkembangan itu, terjadi pula perkembangan dalam bidang filsafat, (Hakim & Saebani. 2008: 339).
Sejak itu dan juga telah dimulai sebelumnya, yaitu sejak permulaan Renaissance, sebenarnya Individualisme dan Humanisme telah dicanangkan. Humanisme dan Individualisme merupakan ciri Renaissance yang penting. Humanisme adalah pandangan bahwa manusia mampu mengatur dunia dan dirinya.
Ini suatu pandangan yang tidak menyenangkan orang-orang beragama. Oleh karena itu, zaman itu sering disebut juga sebagai zaman Humanisme, maksudnya manusia diangkat dari abad pertengahan yang menganggap manusia kurang dihargai sebagai manusia.
Jadi ciri utama Renaissance ialah humanisme, individualisme, lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme dan rasionalisme. Hasil dari watak itu ialah berkembangnya pengetahuan rasional. Filsafat berkembang bukan pada zaman Renaissance, akan tetapi filsafat berkembang pada zaman modern.
Pada zaman modern, filsafat didahului oleh zaman Renaissance. Sebenarnya, secara esensial zaman Renaissance dalam filsafat tidak berbeda dengan zaman modern karena cirri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern ialah Descartes.
Beliau mengungkapkan bahwasannya dalam filsafat modern, kita akan menemukan ciri-ciri Renaissance tersebut, yaitu menghidupkan kembali rasionalisme Yunani (Renaissance), individualisme, humanisme dan lepas dari aturan-aturan agama. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai tokoh rasionalisme.
b.      Latar Belakang Terjadi Gerakan Renaisans
Middle Age merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami  masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur dan dibatasi oleh gereja. Dominasai gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan.
Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah gerejalah yang mengatur pemerintahan.
  Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereja akan mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dengan gereja sehingga Copernicus dibunuhnya. (Udin. 2013)
Sedangkan menurut latar belakang timbulnya Renaisans, jika dilihat dari beberapa aspek, yaitu:
1)           Kondisi Social
Yaitu saat kehidupan masyarakat Eropa sangat terikat pada doktrin gereja. Segala kegiatan kehidupan ditujukan untuk akhirat. Masyarakat kehilangan kebebasan untuk menentukan pribadinya, dan kehilangan harga dirinya. Kehidupan manusia tidak tenteram karena senantiasa diintip oleh intelijen gereja, sehingga menimbulkan sikap saling mencurigai dalam masyarakat.
2)           Kondisi Budaya
Yaitu terjadi pembatasan kebebasan seni dalam arti bahwa seni hanya tentang tokoh-tokoh Injil dan kehebatan gereja.
Semua kreasi seni ditujukan kepada kehidupan akhirat sehingga budaya tidak berkembang. Demikian pula dalam  bidang ilmu pengetahuan karena segala kebenaran hanya kebenaran gereja.
3)           Kondisi Politik 
Secara teoritis merupakan pusat kekuasaan politik dalam negara, kenyataannya hanya menjadi juru damai. Kekuasaan politika ada pada kelompok bangsawan dan kelompok gereja.
Keduanya memiliki pasukan militer yang sewaktu-waktu dapat untuk melancarkan ambisinya. Adakalanya kekuatan militer kaum bangsawan dan kaum gereja lebih kuat dari kekuatan militer milik raja.
4)           Kondisi Ekonomi
Abad pertengahan berlaku sistem ekonomi tertutup, yang menguasai perekonomian hanya golongan penguasa. Kondisi-kondisi diatas menyebabkan masyarakat Eropa terkungkung dan tidak memiliki harga diri yang layak sebagai manusia. Oleh karena itu timbulah upaya-upaya untuk keluar dari keadaan tersebut,
(Anonim. 2013)
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theologi.
Pemikiran filsafat yang berkembang pada masa itu sanagat di pengaruhi oleh gereja sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan,  (Hardiman. 2011:7)
Dengan adanya berbagai pembatasan yang dilakukan pihak pemerintah atas saran dari gereja maka timbulah sebuah gerakan kultural, pada awalnya merupakan pembaharuan di bidang kejiwaan, kemasyarakatan, dan kegerejaan di Italia pada pertengahan abad XIV.
Sebelum gereja mempunyai peran penting dalam pemerintahan, golongan ksatria hidup dalam kemewahan, kemegahan, keperkasaan dan kemasyuran.
 Namun, ketika dominasi gereja mulai berpengaruh maka hal seperti itu tidak mereka peroleh sehingga timbullah semangat renaissance.
 Gerakan ini juga merupakan keinginan ksatria untuk mengembalikan kejayaan mereka seperti masa lalu, sehingga mereka dapat hidup dengan penuh kehormatan dan kejayaaan.
Zaman Renaisans adalah zaman kelahiran-kembali (Renaissance, bahasa Perancis) kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada abad ke-15 dan ke-16 M. Sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani, ( Hakim  & Saebani. 2008 : 339)
Zaman renaisans ini sering juga di sebut sebagai zaman humanisme. Maksudnya ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan. Zaman renaissance ini sering juga di sebut sebagai zaman humanisme.
Maksud ungkapan ini adalah manusia diangkat dari abad pertengahan. Pada abad pertengahan itu manusia dianggap kurang dihargai sebagai manusia. Kebenaran diukur berdasarkan ukuran dari gereja (kristen), bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia.
Humanisme menghendaki ukuran haruslah dari manusia. Karena manusia mempunyai kemampuan  berfikir, maka humanisme  menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan dunia.
Jadi ciri utama renaissance adalah humanisme, individualisme lepas dari Agama (tidak mau di atur oleh agama), empirisme (zaman kebebasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan) dan rasionalisme (kebebasan dalam mengembangkan fikiran), (Surajiyo. 2010 : 86).
Menurut Ernst Gombrich dalam Hardiman  (2011) munculnya renaissance sebagai suatu gerakan kembali di dalam seni, artinya bahwa renaissance tidak dipengaruhi oleh ide-ide baru.
 Misalnya, gerakan Pra-Raphaelite atau Fauvist merupakan gerakan kesederhanaan primitif setelah kekayaan gaya Gotik Internasional yang penuh hiasan, (Hardiman. 2011:8).
Menurut Prancis Michel De Certeau dalam Hardiman (2011) renaissance muncul karena bubarnya jaringan-jaringan sosial lama dan pertumbuhan elite baru yang terspesialisasi sehingga gereja berusaha untuk kembali mendesak kendali dan manyatukan kembali masyarakat lewat pemakaian berbagai teknik visual dengan cara-cara mengadakan pameran untuk mengilhami kepercayaan.
Dengan menggunakan citra-citra dan teladan-teladan dan sebagainya yang diambil dari pemikiran budaya klasik sehingga dapat mempersatukan kembali gereja yang terpecah-belah akibat skisma (perang agama), (Hardiman. 2011:8).
Renaissance muncul dari timbulnya kota-kota dagang yang makmur akibat perdagangan mengubah perasaan pesimistis (zaman Abad Pertengahan) menjadi optimistis.
Hal ini juga menyebabkan dihapuskannya sistem stratifikasi sosial masyarakat agraris yang feodalistik. Maka kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan feodal menjadi masyarakat yang bebas. Termasuk kebebasan untuk melepaskan diri dari ikatan agama sehingga menemukan dirinya sendiri dan menjadi fokus pada kemajuan diri sendiri.
Antroposentrisme menjadi pandangan hidup dengan humanisme menjadi pegangan sehari-hari. Selain itu adanya dukungan dari keluarga saudagar kaya semakin menggelorakan semangat Renaissance sehingga menyebar ke seluruh Italia dan Eropa, (Hardiman. 2011:8) .
c.              Riwayat Hidup Filosof,
1)        René Descartes atau Cartesius(1596-1650)
Description: C:\Users\usr\Pictures\descartes.jpg                      
Dilahirkan di La Haye, sebuah kota kecil di Touraine, Perancis tahun 1596. Di sekolah Jesuit, Descartes mendapatkan
pelajaran-pelajaran tentang filsafat, fisika dan matematika. Selama di sekolah ini pula ia ikut merayakan ditemukannya  berbagai bulan yang ada pada planet Jupiter tahun 1611.
Setelah meninggalkan La Fleche, Descartes melanjutkan pendidikannya ke sekolah hukum di Poitiers. Selanjutnya ia berpergian di beberapa negara Eropa selama satu dekade, termasuk tiga tahun di Paris, dimana ia menemukan Mersenne, yang kemudian menjadi mentornya.
 Pada tahun 1629, dalam pencariannya akan ketenangan dan kesunyian, ia menetap di Belanda. Belanda di anggap sebagai tempat yang paling tepat karena iklim kebebasannya yang terbaik di Eropa.
Descartes menetap di Belanda sampai dengan 1649. Pada rentang waktu tahun-tahun inilah ia menulis banyak karya ilmiah.  Pada Oktober 1649 pula ia pindah ke Stochkholm, Swedia, namun pada Februari tahun berikutnya yakni 1650, ia wafat karena penyakit pneumonia, (Kasim. 2009).
2)        Spinoza (1632 – 1677)  
Description: C:\Users\usr\Pictures\spinoza.jpgNama lengkapnya adalah Baruch de Spinoza. Dia adalah seorang yahudi yang di lahirkan di sebuah getto di Amsterdam. Dia hidup antara tahun 1632 –1677 sebagai seorang ahli filsafat. Sebagai anak seorang  pedagang yang kaya, dia menempuh pendidikan yang  baik di sekolah yahudi di Amsterdam.
Dia belajar kerajinan tangan sebagi seorang rabin, dan kemudian  bekerja menjadi penggosok gelas optic. Akhirnya dia  belajar juga ilmu pengetahuan alam. Spinoza adalah termasuk seorang pemikir filsafat yang bisa di katakana tidak kurang minatnya terhadap riset alam, (Royatul. 2013).
Cara terbaik mempelajari metafisika modern ialah mempelajari karya-karya metafisika para filosofi. Mempelajarinya jangan terpisah-terpisah, misalnya kosmologi lebih dahulu, kemudian ontology.


3)        Johann Gottlieb Fichte
Description: C:\Users\usr\Pictures\johan.jpgJohann Gottlieb Fichte adalah seorang filsuf  Jerman yang turut menjadi pionir dalam mengembangkan Mazhab Idelisme. Mazhab inilah yang memainkan peranan penting pada era pasca-Kant. Fichte lahir di Saxony  pada tahun 1762. Ayahnya adalah seorang  penyamak kulit di sebuah desa kecil.
Pada tahun 1780, Fichte  belajar teologi diJena dan Leipzig. Karena tidak memiliki uang, Fichte berhenti dari studinya lalu bekerja sebagai guru  pada beberapa keluarga kaya. Di sinilah, Fichte kemudian  berkenalan dengan filsafat Kant yang amat mempengaruhinya. Fichte meninggal pada tahun 1814, (Wikipedia. 2010).
Ia belajar teologi di Jena pada tahun 1780-1788. Berkenalan dengan filsafat Kant di Leipzing pada tahun 1790. Berkelana ke Konigsberg untuk menemui Kant den menulis Critique of Revelation pada zaman Kant.
Buku ini dipesembahkan kepada Kant. Tahun 1810-1812 ia menjadirektor Universitas Berlin. Menurut Ficthe, dasar realitas adalah kemauan, kemaun inilah things-in itself-nya manusia.
 Dasar kepribadian kepribadian adalah kemauan, bukan kemauan irasional seperti pada Schopenhauer, melainkan kemauan yang dikontrol oleh kesadaran bahwa kebebasan diperoleh hanya dengan melalui kepatuhan kepada peraturan. Kehidupan moral adalah kehidupan usaha, (Wikipedia. 2009).
4)        John Locke (1632-1704)
Description: D:\SEMESTER 6\EVALUASI PEMBELAJARAN\john-locke-portrait.jpg
Jhon Locke adalah filosof Inggris. Ia lahir di Wrington,Somersetshire, pada tahun 1632. Tahun 1647-1652 ia belajar di Westminster. Tahun 1652 ia memasuki Universitas Oxford, mempelajari agama Kristen. Sementara ia mempelajari vaknya, ia juga mempelajari pengetahuan diluar tugas pokoknya.
Filsafat Locke dapat dikatakan antimetafiska. Ia menerima keraguan sementara yang diajarkan oleh Descartes. Ia juga menolak metode deduktif Descartes dan menggantinya dengan generalisasi berdasarkan pengalaman, bahkan Jhon Locke menolak juga akal (reason). Ia hanya menerima pemikiran matematis yang pasti dan cara penarikan dengan metode induksi, (Wikipedia. 2007).
5)        David Hume
Description: C:\Users\usr\Pictures\john lock.jpg
Hadjrah (1987) menyebutkan Hume sebagai ultimate skeptic, skeptic timgkat tertinggi. Ia dibicarakan sebagai seorang skeptic dan terutama sebagai seorang empirisme. Menurut Bertrand Russel, yang tidak dapat diragukan lagi pada Hume ialah seorang skeptic, (Hadjrah.1987 :127).
Buku Hume, Treatise of Human Nature (1739), ditulisanya tatkala ia masih muda, yaitu tatkala ia berumur dua puluh tahunan bagian awal. Buku itu tidak  banyak menarik perhatian orang, karenanya Hume pindah ke subjek lain, lalu ia menjadi seorang yang terkenal sebagai sejarahwan.
 Pada tahun 1748 ia menulis buku yang memang terkenal, An Enquiry Concerning Human Understanding. Baik buku Treatise mauun buku Enquiry keduanya menggunakan metode empirisme.
Hume menyatakan bahwa semua pengetahuan dimulai dari pengalaman indera sebagai dasar. Kesan (impression) baginya, sama dengan penginderaan (sensation) pada Locke, adalah basis pengetahuan.



6)        William James (1842-1910)
Description: C:\Users\usr\Pictures\th.jpgWilliam James (lahir di  New York City,  New York,  Amerika Serikat, 11 Januari 1842 meninggal di Tamworth,  New Hampshire, Amerika Serikat, 26 Agustus 1910  pada umur 68 tahun) adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat, yang terkenal sebagai salah seorang pendiri Mazhab Pragmatisme.
Selain sebagai filsuf, James juga terkenal sebagai seorang psikolog. Ia dilahirkan di New York pada tahun 1842. Setelah belajar ilmu kedokteran di Universitas Harvard, ia belajar  psikologi di Jerman dan Perancis.  Kemudian ia mengajar di Universitas Havard untuk bidang anatomi, fisiologi,   psikologi, dan filsafat, hingga tahun 1907. Pada tahun 1910 ia meninggal dunia, (Wikipedia. 2010).
William James (1842-1910) adalah tokoh yang paling bertanggung jawab yang membuat pragmatisme menjadi terkenal diseluruh dunia. Lebih dari itu ia merupakan orang Amerika pertama yang memberikan konstribusi dalam gelomang dahsyat pemikiran filsafat di Dunia Barat. Karena terbit bukunya pragmatisme tahun (1907) dan The Meaning of Truth tahun (1909).
Sifat  psikologis pragmatisme James dapat dilihat melalui pembelajaran psikologi yang mempengaruhi filsafat. Bagi james kepercayaan bukanlah sekedar aturan-aturan bertindak atau idea yang denganya kita siap untuk bertindak. Kepercayaan adalah sesuatu yang berguna didalam membuat sesuatu terjadi, dalam membuat sesuatu pasti benar.
d.             Ajaran dan Karya Kefilsafatan Gerakan Renaisans
1)        René Descartes atau Cartesius
Hasil karya dari Descartes yaitu bukunya yang terpenting didalam filsafat murni ialah Discours de la Methode (1637) dan Meditations (1642). Kedua  buku ini saling melingkapi satu sama lain. di dalam kedua buku inilah ia menuangkan metodenya yang terkenal itu, metode keraguan Descartes (Cartesian Doubt). Metode ini sering juga disebut Cogito Descartes, atau metode cogito saja, (Tafsir, A. 2001: 129).
Descartes dianggap sebagai Bapak Filsafat. Dialah orang yang membangun filsafat yang berdiri sendiri atas keyakinan diri sendiri kuat yang dihasilkan oleh pengetahuan akliyah. Dialah orang pertama diakhir Abad  pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat, yang distinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat haruslah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat suci, dan bukan yang lainnya.
2)        Baruch de Spinoza
Karya-karya dari Spinoza yaitu Renati Descartes Principiorum Philosophiae, 1663 (Prinsip Filsafat Descartes), Tractatus Theologico-Politicus, 1670 (Traktat Politis-Teologis), Tractatus de intellectus emendatione, 1677 (Traktat tentang Perbaikan Pemahaman), dan Ethica more geometrico demonstrata, 1677 (Etika yang dibuktikan secara geometris), (Wikipedia. 2009).
3)        Johann Gottlieb Fichte
Karya yang dihasilkan oleh Ficthe adalah dalam waktu empat minggu beliau telah berhasil menulis bukunya: Versuch einer Kritik aller Offenbarung, atau “usaha suatu kritik atas segala wahyu”(1792).
Pada tahun 1794, Fichte diangkat sebagai filsuf di Universitas Jena, dan di sanalah ia mulai mengungkapkan ide-ide transendentalnya. Pada tahun 1798, Fichte menerbitkan artikel berjudul “The Basis of Our Belief in a Divine Government of the World”, yang kemudian membuatnya dituduh sebagai atheis karena telah mengkarakterisasikan Tuhan sebagai aturan moral di dunia.
Keahlian Fichte dalam bidang filsafat dapat dilihat dari tiga jenis hasil karyanya, yaitu; Ucber die Bestimmung des Menschen (Tentang Tujuan Hidup), terbit tahun 1780, Grunlage der Gaseniten Winssenchafslehre (Dasar Seluruh Epistemologi), terbit tahun 1796, dan Das System der Sitterile, hre nach den Prinzipien der Wissenschaftslehre (Sistem Etika menurut Prinsip-prinsip Epistemologi), yang terbit  pada tahun 1798, (Burhanuddin. 2013).
Fichte, fakta dasar dari alam semesta adalah ego yang bebas atau roh yang bebas. Filsafatnya disebut Wissenschaftslehre atau “ajaran Ilmu Pengetahuan” yang di bagi menjadi 2  macam ajaran, yaitu: ajaran tentang ilmu pengetahuan yang teoritis dan ajaran tentang ilmu pengetahuan yang praktis, (Burhanuddin. 2013).
4)        John Locke
Buku Locke, Essay Concerning Human Understanding (1689), ditulis berdasarkan premis yaitu semua pengetahuan data dari pengalaman (Solomon 1689:108).
Ini berarti tidak ada yang dapat dijadikan idea tau konsep tentang sesuatu yang berada di belakang pengalaman, tidak ad aide yang ditunkan seperti yang diajarkan oleh plato. Dengan demikian Jhon Locke menolak adanya pembawaan ide (innate idea).
5)        William James (1842-1910)
Saat berusia 35 tahun, dia telah menjadi dosen di universitas ini. Dia menjadi instruktur fisiologi dan anatomi selama 7 tahun, guru besar filsafat selama 9 tahun, dan menjadi guru besar psikologi sampai 10 tahun terakhir dia mengajar, saat dia kembali lagi mengajar filsafat.
James adalah penulis yang produktif dan berbakat dibidang filsafat, psikologi dan pendidikan, dan pengaruhnya pada kehidupan  pendidikan di Amerika sangatlah mengesankan.
Karya terbesar dan paling  berpengaruhnya, The Principles Of Psychology (Dasar-dasar Psikologi), yang diterbitkan tahun 1980, nantinya akan menjadi materi pendidikan. Pemikirannya terhadap pendidikan dan pandangannya terhadap cara kerja pengajar dapat dilihat di karyanya yang terkenal Talks to Teacher.
Selain sangat terkenal, buku-buku ini memberikan pengaruh yang besar terhadap pendidikan dan pengajarnya. Teori dan praktek pendidikan, adalah hutang terbesar Amerika kepada “ Bapak Pendidikan Psikologi Modern” ini, (Lestari. 2008).
William James mengatakan bahwa secara ringkas pragmatisme adalah realitas sebagimana yang kita ketahui. Peirce lah yang membiasakan istilah ini dengan ungkapanya, “tentukan apa akibatnya, apakah dapat dipahami secara focus atau tidak.
 Kita akan mendapat pengertian tentang objek itu, kemudian konsep kita tentang akibat itu, itulah keseluruhan konsep objek tersebut” ia menambahkan
 Untuk mengukur kebenaran suatu konsep, kita harus mempertimbangkan apa konsekuensi logis penerapan konsep tersebut. Sebenarnya istilah pragmatism lebih banyak berarti sebagai metode untuk memperjelas suatu konsep ketimbang sebagai suatu doktrin kefilsafatan, (Tafsir, A. 2001: 190).
e.              Sumbangan Filsafat Renaisans Terhadap Ilmu Pengetahuan Masa Kini
1)        René Descartes atau Cartesius
Sumbangan Descartes untuk masa kini adalah Ia juga pernah menulis buku sekitar tahun 1629 yang  berjudul Rules for the Direction of the Mind yang memberikan garis-garis besar metodenya. Tetapi, buku ini tidak komplet dan tampaknya ia tidak berniat menerbitkannya. Diterbitkan untuk pertama kalinya lebih dari lima puluh tahun sesudah Descartes tiada.
Dari tahun 1630 sampai 1634, Descartes menggunakan metodenya dalam penelitian ilmiah. Untuk mempelajari lebih mendalam tentang anatomi dan fisiologi, dia melakukan penjajakan secara terpisah- pisah. Dia bergumul dalam bidang-bidang yang berdiri sendiri seperti optik, meteorologi, matematika, dan pelbagai cabang ilmu lainnya.
Sedikitnya ada lima ide Descartes yang punya pengaruh penting terhadap jalan  pikiran Eropa: (a) pandangan mekanisnya mengenai alam semesta; (b) sikapnya yang  positif terhadap penjajakan ilmiah; (c) tekanan yang, diletakkannya pada penggunaan matematika dalam ilmu pengetahuan; (d) pembelaannya terhadap dasar awal sikap skeptis; dan (e) penitikpusatan perhatian terhadap epistemologi, (Wikipedia. 2009).


2)        Baruch de Spinoza
Kata kunci ajaran Spinoza adalah Deus sive natur (Allah atau alam). Yang berbeda dari ajaran ini hanyalah istilah dan sudut pandangnya saja. Sebagai Allah, alam adalah natura naturans (alam yang melahirkan). Natura Naturans dipandang sebagai asal-usul, sebagai sumber pemancaran, sebagai daya pencipta yang asli.
Sebagai dirinya sendiri, alam adalah natura naturata (alam yang dilahirkan) yaitu sebuah nama untuk alam dan Allah yang sama tetapi dipandang menurut perkembangannya yaitu alam yang kelihatan.
Dengan ini Spinoza membantah ajaran Descartes bahwa realitas seluruhnya terdiri dari tiga substansi (Allah, jiwa, materi). Bagi Spinoza hanya ada satu substansi saja, yakni Allah atau alam, (Royatul. 2013).
3)        Johann Gottlieb Fichte
Fichte, fakta dasar dari alam semesta adalah ego yang bebas atau roh yang bebas. Filsafatnya disebut Wissenschaftslehre atau “ajaran Ilmu Pengetahuan” yang di bagi menjadi 2  macam ajaran, yaitu: ajaran tentang ilmu pengetahuan yang teoritis dan ajaran tentang ilmu pengetahuan yang praktis, (Burhanuddin. 2013).
Manusia dihadapkan kepada rintangan-rintangan dan manusia digerakan oleh rasa wajib bahwa ia berutang pada aturan moral umum yang memungkinkannya mampu memilih yang baik.
Idealisme etis Fichte adalah filsafat hidup yang terletak pada pemilihan antara moral idealisme dan moral materialism. Subtansi materialism menurut Fichte ialah naluri, kenikmatan tak  bertanggung jawab, bergantung pada diri sendiri.
 Menurut Hadjrah dan Intan Amran (1987) bagi seorang idealis, hukum moral ialah setiap tindakan harus berupa langkah menuju kesempurnaan spiritual dan hanya dapat dicapai dalam masyarakat yang anggota-anggotanya adalah  pribadi yang bebas merealisasikan diri mereka dalam kerja untuk masyarakat. Pada tingkat yang lebih tinggi, keimanan dan harapan manusia muncul dalam kaih Tuhan, (Hadjrah dan Intan, A. 1987).
4)        William James (1842-1910)
Pemikiran William James di bidang psikologi agama juga menyanggah  pandangan-pandangan tradisional terhadap agama. Bahwa agama merupakan sesuatu yang objektif, disanggah dengan pemikiran yang juga menginstrumentalisasikan agama.
Dengan demikian, konsep nengenai Tuhan yang otonom dan Mahakuasa juga tertolak. Oleh karena keyakinan kepada Tuhan juga dipandang sebagai alat semata-mata untuk meraih tujuan yang lain, (Anonim. 2010).
Wiliam James menentang pandangan sebelum dia bahwa kesadaran tidak mewujudkan kesatuan lahiriah. Ia justru menyatakan bahwa kesadaran adalaj suatu fungsi yang bersumber dari pengalaman murni.
Pengalaman murni adalah perubahan-perubahan yang terus dari kehidupan manusia dan akan menjadi bahan refleksi manusia pada masa depan.
 Oleh karena itu, James menolak adanya kebenaran mutlak, yang berlaku umum, dan bersifat tetap serta berdiri sendiri. Menurut James kebenaran selalu dapat diubah dan direvisi oleh pengalaman murni, (Wikipedia. 2009).

2.    Keunggulan dan Kekurangan Gerakan Renaisans

a.         Keunggulan Gerakan Renaisans Bagi Kehidupan Masa Kini

1)        Adanya perubahan dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan. Di mana terjadi pembagian dalam ilmu pengetahuan seperti ilmu lain mulai lepas dari ilmu agama dan falsafahnya, misalnya ilmu sosial : ilmu bumi, ilmu sejarah dll. Begitu juga dengan ilmu eksak seperti ilmu alam.

2)        Kebangunan kembali dari peradaban. Zaman ini membongkar hasil peradaban Yunani-Romawi.

3)        Renaissance telah membentuk masyarakat perdagangan yang berdaya maju. Keadaan ini telah melemahkan kedudukan dan kekuasaan golongan gereja yang senantiasa berusaha menyekat perkembangan ilmu dan masyarakat di Eropa.

4)        Tumbuhnya kebebasan, kemerdekaan, dan kemandirian individu.

5)        Renaissance telah melahirkan tokoh-tokoh perubahan di Eropa. Antara lain tokoh perubahan terkenal itu adalah William Harvey yang telah memberi sumbangan dalam kajian peredaran darah.

Renaissance telah melahirkan masyarakat yang lebih progresif dan wujud semangat mandiri sehingga membawa kepada aktivitis penjelajahan dan kemajuan

6)        Mendorong pencarian daerah baru sehingga berkobarlah era penjelajahan samudera, (Anonim. 2013).

b.        Kekurangan Gerakan Renaisans Bagi Kehidupan Masa Kini
1)             Eropa  pada priode ini bener-bener mendapat ancaman dari orang-orang arab. Pada khalifah Umamyah telah meluaskan wilayah taklukannya hingga daerah-daerah seputar pintu-pintu gerbang konstantinopel walaupun pada akhirnya pengepungan yang di lakukan Arab gagal total.
2)             Munculnya suatu isu yang di sebut Kontroversi Ikonoklastik  yang berisi bahwa apakah imaji-imaji tentang Tuhan, Kristus, dan sang perawan Maria serta orang-orang suci  baik dalam bentuk gambar maupun patung boleh dipergunakan di dalam misa atau tidak.
3)             Pada masa ini selain terjadi kebangunan kembali juga terjadi kebobrokan moral. Hal ini dikarenakan tidak adanya suatu norma yang bisa mengatur kehidupan masyarakat. Sehingga bisa dikatakan bahwa manusia renaissance merupakan manusia yang tidak mempunyai pegangan (liar).
Keliaran ini mengakibatkan terjadinya pelanggaran terhadap norma sehingga manusia mengalami krisis aklak seperti mabuk-mabukan dll. (Anonim. 2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar