Mau tahu kegilaan system
pembelajaran di Indonesia? Efek samping dari system pendidikan Indonesia
yang terpacu pada nilai dan biasanya disebut SKM. Saya sendiri gak
begitu inget itu singkatan dari apa. Lalu,apakah masalahnya dari system
pendidikan itu?
Bohong BESAR BANGET menurut saya kalau ada yang bilang system pendidikan di Indonesia udah baik. Sini, ketemu sama Saya dan adu bacot ma Saya (tapi lihat ukuran badan juga ya. Heheheehehe)
Oke, Saya emang emosi banget sama system pendidikan di Indonesia yang sebenernya justru ngebodohin anak-anaknya dan menyengsarakan banyak rakyat.
Apa faktanya?
Ada. BANYAK.
Dan ini adalah sebagian yang bisa Saya lihat dan entah Saya alami atau tidak.
System pendidikan di Indonesia itu bersifat Kompetisi.
*loh? Bukannya itu malah baik ya step?
Yak, baik sekali. Baik untuk tempat-tempat bibingan belajar non-formal yang memasang iklan sebanyak-banyaknya demi membuat siswa-siswa tertarik untuk mendaftar dengan UANG. Semakin besar UANG yang dimiliki, makin besar kesempatan untuk mendapatkan penanganan ilmu yang lebih baik dan jaminan masuk sekolah maupun perguruan tinggi terbaik. Kenapa akhirnya bisa begitu?
Apakah masyarakat kita begitu bodohnya sehingga termakan janji-janji serta iklan yang ditawarkan oleh para bimbel bimbel itu?
Jangan salahkan mereka yang pada dasarnya hanya mengambil kesempatan di tengah kebodohan kesempitan. Ya, bimbel-bimbel laris manis karena pola piker orang tua serta siswa yang lebih dahulu terdoktrin akan pentingnya sebuah pembelajaran efektif di luar sekolah.
Sekolah dianggap tidak memberi ilmu yang cukup karena satu guru-atau 2 guru dalam satu kelas harus mengajari sekitar 30-40 siswa. Ada apa dengan ilmu yang diberikan oleh guru itu? Karena jika sang siswa tidak memahami pelajaran, maka nantinya ketika ujian, dia bisa dapat nilai jelek, remedial, dan dianggap BODOH. Well, memang begitulah pentingnya angka di atas 7 untuk menjauhkan emosi orangtua ketika menerima rapor.
Bukankah akhirnya baik karena siswa belajar dengan sebaik mungkin?
Ya, dengan baik sampai akhirnya Memaksakan diri mereka. Sadar atau gak, yang mereka pelajari mati-matian kebanyakan hanyalah untuk meraih nilai baik ketika ujian. Kalau sudah begitu, masa depan tampaknya bagus. Benarkah itu?
Gue gak melihat hal itu di Thomas Alfa Edison, Bill Gates, atau Tom Cruise sekalipun.
Search aja di Google kalau gak percaya.
Sedih memang mengetahui system pendidikan di Indonesia akhirnya memaksa siswanya untuk punya ingatan dan memori yang kuat. Padahal, gak semua siswa memiliki kemampuan itu. Gak semua siswa jago menghafal tapi berbakat di music atau olahraga, gak semua siswa jago dan cepat menghitung dan menghafal rumus, tapi dia jago banget sama yang namanya berfikiran logis dan berbicara, dan masih banyak hal lain yang gue temui.
Saya akuin, Saya gak bodoh pas SMP. Saya bisa dapet nilai top cer di semua pelajaran tapi, tanyalah semua pelajaran SMP ke Saya(bukannya menyombongkan diri). Mungkin sekarang Saya Cuma akan Tanya ; emang ada pelajaran itu ya dulu? Heheheehe
Sedih memang apalagi siswa gak tahu tujuan mereka mempelajari dan menghafal itu semua buat apa. Karena jujur, sekarang Saya sepertinya tidak menggunakan semua ilmu yang udah Saya pelajari selama SMP-SMA. Saya hanya mengetahui beberapa pelajaran, tanpa benar-benar mengingat dan mengaplikasikan pelajaran-pelajaran tersebut dalam kehidupan ataupun pekerjaan Saya nanti.
Justru yang Saya dapat dan Saya aplikasikan lebih banyak ketika Saya berorganisasi, atau melakukan hobi Saya , atau berinteraksi dengan banyak orang dibandingkan duduk diam dan baca buku sambil mulut komat-kamit.
Bukankah itu juga bisa disebut belajar ?
Dari dulu, kalau bonyok udah teriak ; Belajar Kamu!!!
Pasti kebanyang buku pelajaran,.pulpen, duduk, ngafal, dan setres .
Tapi kalau sekarang, gue disuruh belajar, jangan coba-coba Saya akan langsung duduk diam dan baca buku.
Pertanyaannya; mau aku belajar apa?
Belajar menghormati orang lain? Men, teori di buku PKN gak ngaruh tuh ,kalau gak dipraktekin ke orang banyak.
Belajar presentasi? Gak cukup Cuma beli buku di bagian Relasi di took buku, coba dan asah terus-menerus, baru bisa bikin kita jago ngomong di depan umum.
Daaannnn masih banyak hal lain yang seharusnya kalian pahami arti sebenarnya dari BELAJAR.
Kalau Cuma berorientasi dengan sekolah/uneversitas bagus, lulus dapet gelar, kerja, dan tajir… lebih baik sekarang kalian tobat. Meeeennnnnnnn
Buat apa itu semua? Kalau ternyata, Tuhan pun gak pernah lihat seberapa pinter kita, seberapa kaya kita, atau seberapa hebat kita. Mati pun, itu semua gak kita bawa. Kecuali lo mau kaya untuk bantu orang lain, so far, Saya akan kasih semua jempol yang punya.
Akhirnya, balik lagi ke system pendidikan Indonesia yang mencetak banyak siswa dengan pola pikir seperti berikut. Akhirnya, kompetisi itupun berlanjut dengan berbagai cara yang dihalalkan.
Seperti apakah itu?
NYONTEK.
Dalam perkembangannya, nyontek udah gak lagi Cuma sekedar pas ujian. Gak Cuma nanya teman terdekat, atau lewat contekan yang kita simpen. Tapi nyontek udah menjadi kebiasaan yang gak kita sadari. Lenapa bisa begitu?
Ya demi nilai yang bagus dooooonnnggg. Dan mencegah dihukum guru.
Maka sekarang, nyontek bukan hanya sekedar mencuri jawaban teman, tapi juga kita berbohong. What?! Ya, kita(buat yang ngerasa aja. Saya berharap sih Saya gak gitu ya-termasuk anda yang baca) gak berbuat jujur dan berbuat gak adil dengan teman-teman yang lain berjuang keras.
Kalau gitu, inilah fakta penting tentang nyontek.
*Nyalin kerjaan (PR/PS) temen itu NYONTEK
*Copy-paste tugas temen itu NYONTEK
*DLL
Pikirkan sendiri aja perbuatan tidak jujur dan tidak fair yang udah kita lakukan selama “belajar” di sekolah/universitas.
Sedih memang karena kompetisi ini juga, relasi antar murid gak terjalin dengan baik. Apalagi, kalau ada anak yang terlalu berkompetisi dalam studinya dan belajar mati-matian. Yah, ending2nya dia sulit bergaul dan biasa kita sebut KUPER baca: kurang pergaulan. Sedih kalau Saya tahu ada orang yang terlalu ngejar nilai dan akhirnya, dia gak bisa nikmatin dunia luar.. my room is my world… hmmmmmm
Lalu, bagaimana solusinya?
SISTEM PENDIDIKAN KOMPETTITIF red: KERJA SAMA
Ya, dengan system pendidikan yang mengutamakan kerja sama, tentunya siswa akan lebih termotivasi untuk menjalin relasi demi mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakatnya dibandingkan mempelajari sesuatu yang tidak disenangi dan diketahui nya akan diapakan pelajarannya nanti. Yaaaahhh… begitulah…
Liaht ajalah tontonan di luar negeri. Seneng ngelihat siswanya “berkompetisi” bukan demi nilai atau sesuatu yang gak akan dipakainya nanti untuk masa depannya.
Sayang ya.. PEMERINTAH TAHU KALAU SISTEM PENDIDIKANNYA SALAH TAPI DIBIARIN AJA. Hehehehhee, (semoga aja ada pejabat pemerintah yang baca)
Iyalah, supaya mereka bisa terus-terusan rapat, ngubah system kurikulum, system ujian, SEENAK JIDAT MEREKA . kenapa? Rapat itu pake budget looohhh… makan pun dibayarin, rapatpun bisa dimanapun disuakin, dan ujung-unjungya, DUIT RAKYAT KOK. Duit yang bertitle”DEMI PENDIDIKAN PERUT BANGSA”
Lalu juga aka nada studi banding dengan Negara lain tapi, yaudah. YANG PENTING JALAN-JALANNYA.
Ada yang tersinggung? Lalu mau mengajukan saya atas tuduhan pencemaran nama baik? Lalu saya akan duduk di kursi panas?wuih takut
Well, ini Cuma pendapat orang yang tak berpendidikan yang selama ini memang melihat hal seperti itu. Kalau memang salah, ya ngomong baik-baik lah. Yang ngajuin ke meja hijau itu kan pasti orang-orang berduit pengen eksis. Kalau memang bisa dinasihati dan diomongin baik-baik, kenapa harus cepat tersulut emosi?
Yah,namanya juga jeleknya udah ketahuan.. harus segera ditutupi kan…
Ah,udah ah. Mending juga jalanin aja dengan senang hati.. makan hati akalu ngebahas system pendidikan di Indonesia dengan menter-menteri yang ngkunya berpendidikan tapi sebenernya ya itu tadi. Terlahir dari system pendidikan yang salah, maka para pejabatanya pun punya system pemikiran yang SALAH. Persis kayak yang saya tulis di atas. Dampak dari system pendidikan kompetisi adalah lulus,gelar,duit. Ngerti kan kenapa Indonesia banyak koruptor?
Hah, udahlah. Sakit hati doing nulis beginian. Lebih baik berdoa supaya pemerintah itu bisa masuk sorga. Karna doain pemerintah bisa berubah itu sama aja kayak berharap Bumi jadi bentuk segitiga. Yok, ba baiii
Okay, ini udah cukup banyak cuap-cuapnya…
Segini dulu mungkin..
NB yang merasa tersinggung jangan baca
Bohong BESAR BANGET menurut saya kalau ada yang bilang system pendidikan di Indonesia udah baik. Sini, ketemu sama Saya dan adu bacot ma Saya (tapi lihat ukuran badan juga ya. Heheheehehe)
Oke, Saya emang emosi banget sama system pendidikan di Indonesia yang sebenernya justru ngebodohin anak-anaknya dan menyengsarakan banyak rakyat.
Apa faktanya?
Ada. BANYAK.
Dan ini adalah sebagian yang bisa Saya lihat dan entah Saya alami atau tidak.
System pendidikan di Indonesia itu bersifat Kompetisi.
*loh? Bukannya itu malah baik ya step?
Yak, baik sekali. Baik untuk tempat-tempat bibingan belajar non-formal yang memasang iklan sebanyak-banyaknya demi membuat siswa-siswa tertarik untuk mendaftar dengan UANG. Semakin besar UANG yang dimiliki, makin besar kesempatan untuk mendapatkan penanganan ilmu yang lebih baik dan jaminan masuk sekolah maupun perguruan tinggi terbaik. Kenapa akhirnya bisa begitu?
Apakah masyarakat kita begitu bodohnya sehingga termakan janji-janji serta iklan yang ditawarkan oleh para bimbel bimbel itu?
Jangan salahkan mereka yang pada dasarnya hanya mengambil kesempatan di tengah kebodohan kesempitan. Ya, bimbel-bimbel laris manis karena pola piker orang tua serta siswa yang lebih dahulu terdoktrin akan pentingnya sebuah pembelajaran efektif di luar sekolah.
Sekolah dianggap tidak memberi ilmu yang cukup karena satu guru-atau 2 guru dalam satu kelas harus mengajari sekitar 30-40 siswa. Ada apa dengan ilmu yang diberikan oleh guru itu? Karena jika sang siswa tidak memahami pelajaran, maka nantinya ketika ujian, dia bisa dapat nilai jelek, remedial, dan dianggap BODOH. Well, memang begitulah pentingnya angka di atas 7 untuk menjauhkan emosi orangtua ketika menerima rapor.
Bukankah akhirnya baik karena siswa belajar dengan sebaik mungkin?
Ya, dengan baik sampai akhirnya Memaksakan diri mereka. Sadar atau gak, yang mereka pelajari mati-matian kebanyakan hanyalah untuk meraih nilai baik ketika ujian. Kalau sudah begitu, masa depan tampaknya bagus. Benarkah itu?
Gue gak melihat hal itu di Thomas Alfa Edison, Bill Gates, atau Tom Cruise sekalipun.
Search aja di Google kalau gak percaya.
Sedih memang mengetahui system pendidikan di Indonesia akhirnya memaksa siswanya untuk punya ingatan dan memori yang kuat. Padahal, gak semua siswa memiliki kemampuan itu. Gak semua siswa jago menghafal tapi berbakat di music atau olahraga, gak semua siswa jago dan cepat menghitung dan menghafal rumus, tapi dia jago banget sama yang namanya berfikiran logis dan berbicara, dan masih banyak hal lain yang gue temui.
Saya akuin, Saya gak bodoh pas SMP. Saya bisa dapet nilai top cer di semua pelajaran tapi, tanyalah semua pelajaran SMP ke Saya(bukannya menyombongkan diri). Mungkin sekarang Saya Cuma akan Tanya ; emang ada pelajaran itu ya dulu? Heheheehe
Sedih memang apalagi siswa gak tahu tujuan mereka mempelajari dan menghafal itu semua buat apa. Karena jujur, sekarang Saya sepertinya tidak menggunakan semua ilmu yang udah Saya pelajari selama SMP-SMA. Saya hanya mengetahui beberapa pelajaran, tanpa benar-benar mengingat dan mengaplikasikan pelajaran-pelajaran tersebut dalam kehidupan ataupun pekerjaan Saya nanti.
Justru yang Saya dapat dan Saya aplikasikan lebih banyak ketika Saya berorganisasi, atau melakukan hobi Saya , atau berinteraksi dengan banyak orang dibandingkan duduk diam dan baca buku sambil mulut komat-kamit.
Bukankah itu juga bisa disebut belajar ?
Dari dulu, kalau bonyok udah teriak ; Belajar Kamu!!!
Pasti kebanyang buku pelajaran,.pulpen, duduk, ngafal, dan setres .
Tapi kalau sekarang, gue disuruh belajar, jangan coba-coba Saya akan langsung duduk diam dan baca buku.
Pertanyaannya; mau aku belajar apa?
Belajar menghormati orang lain? Men, teori di buku PKN gak ngaruh tuh ,kalau gak dipraktekin ke orang banyak.
Belajar presentasi? Gak cukup Cuma beli buku di bagian Relasi di took buku, coba dan asah terus-menerus, baru bisa bikin kita jago ngomong di depan umum.
Daaannnn masih banyak hal lain yang seharusnya kalian pahami arti sebenarnya dari BELAJAR.
Kalau Cuma berorientasi dengan sekolah/uneversitas bagus, lulus dapet gelar, kerja, dan tajir… lebih baik sekarang kalian tobat. Meeeennnnnnnn
Buat apa itu semua? Kalau ternyata, Tuhan pun gak pernah lihat seberapa pinter kita, seberapa kaya kita, atau seberapa hebat kita. Mati pun, itu semua gak kita bawa. Kecuali lo mau kaya untuk bantu orang lain, so far, Saya akan kasih semua jempol yang punya.
Akhirnya, balik lagi ke system pendidikan Indonesia yang mencetak banyak siswa dengan pola pikir seperti berikut. Akhirnya, kompetisi itupun berlanjut dengan berbagai cara yang dihalalkan.
Seperti apakah itu?
NYONTEK.
Dalam perkembangannya, nyontek udah gak lagi Cuma sekedar pas ujian. Gak Cuma nanya teman terdekat, atau lewat contekan yang kita simpen. Tapi nyontek udah menjadi kebiasaan yang gak kita sadari. Lenapa bisa begitu?
Ya demi nilai yang bagus dooooonnnggg. Dan mencegah dihukum guru.
Maka sekarang, nyontek bukan hanya sekedar mencuri jawaban teman, tapi juga kita berbohong. What?! Ya, kita(buat yang ngerasa aja. Saya berharap sih Saya gak gitu ya-termasuk anda yang baca) gak berbuat jujur dan berbuat gak adil dengan teman-teman yang lain berjuang keras.
Kalau gitu, inilah fakta penting tentang nyontek.
*Nyalin kerjaan (PR/PS) temen itu NYONTEK
*Copy-paste tugas temen itu NYONTEK
*DLL
Pikirkan sendiri aja perbuatan tidak jujur dan tidak fair yang udah kita lakukan selama “belajar” di sekolah/universitas.
Sedih memang karena kompetisi ini juga, relasi antar murid gak terjalin dengan baik. Apalagi, kalau ada anak yang terlalu berkompetisi dalam studinya dan belajar mati-matian. Yah, ending2nya dia sulit bergaul dan biasa kita sebut KUPER baca: kurang pergaulan. Sedih kalau Saya tahu ada orang yang terlalu ngejar nilai dan akhirnya, dia gak bisa nikmatin dunia luar.. my room is my world… hmmmmmm
Lalu, bagaimana solusinya?
SISTEM PENDIDIKAN KOMPETTITIF red: KERJA SAMA
Ya, dengan system pendidikan yang mengutamakan kerja sama, tentunya siswa akan lebih termotivasi untuk menjalin relasi demi mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan minat dan bakatnya dibandingkan mempelajari sesuatu yang tidak disenangi dan diketahui nya akan diapakan pelajarannya nanti. Yaaaahhh… begitulah…
Liaht ajalah tontonan di luar negeri. Seneng ngelihat siswanya “berkompetisi” bukan demi nilai atau sesuatu yang gak akan dipakainya nanti untuk masa depannya.
Sayang ya.. PEMERINTAH TAHU KALAU SISTEM PENDIDIKANNYA SALAH TAPI DIBIARIN AJA. Hehehehhee, (semoga aja ada pejabat pemerintah yang baca)
Iyalah, supaya mereka bisa terus-terusan rapat, ngubah system kurikulum, system ujian, SEENAK JIDAT MEREKA . kenapa? Rapat itu pake budget looohhh… makan pun dibayarin, rapatpun bisa dimanapun disuakin, dan ujung-unjungya, DUIT RAKYAT KOK. Duit yang bertitle”DEMI PENDIDIKAN PERUT BANGSA”
Lalu juga aka nada studi banding dengan Negara lain tapi, yaudah. YANG PENTING JALAN-JALANNYA.
Ada yang tersinggung? Lalu mau mengajukan saya atas tuduhan pencemaran nama baik? Lalu saya akan duduk di kursi panas?wuih takut
Well, ini Cuma pendapat orang yang tak berpendidikan yang selama ini memang melihat hal seperti itu. Kalau memang salah, ya ngomong baik-baik lah. Yang ngajuin ke meja hijau itu kan pasti orang-orang berduit pengen eksis. Kalau memang bisa dinasihati dan diomongin baik-baik, kenapa harus cepat tersulut emosi?
Yah,namanya juga jeleknya udah ketahuan.. harus segera ditutupi kan…
Ah,udah ah. Mending juga jalanin aja dengan senang hati.. makan hati akalu ngebahas system pendidikan di Indonesia dengan menter-menteri yang ngkunya berpendidikan tapi sebenernya ya itu tadi. Terlahir dari system pendidikan yang salah, maka para pejabatanya pun punya system pemikiran yang SALAH. Persis kayak yang saya tulis di atas. Dampak dari system pendidikan kompetisi adalah lulus,gelar,duit. Ngerti kan kenapa Indonesia banyak koruptor?
Hah, udahlah. Sakit hati doing nulis beginian. Lebih baik berdoa supaya pemerintah itu bisa masuk sorga. Karna doain pemerintah bisa berubah itu sama aja kayak berharap Bumi jadi bentuk segitiga. Yok, ba baiii
Okay, ini udah cukup banyak cuap-cuapnya…
Segini dulu mungkin..
NB yang merasa tersinggung jangan baca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar