mahasiswa-dan-perubahan-sosial -yang-digulirkannyaMahasiswa
dan perubahan sosial yang digulirkannya."Mahasiswa Dan Perubahan Sosial
Yang Digulirkannya.Mahasiswa,
Sekumpulan anak muda yang mengaku sebagai “agent of change” .Agen perubahan dari sebuah budaya. Jika kita melihat situasi sekarang ini, mahasiswa lebih banyak mendapat cap negatif , dari yang sukanya demo hingga memacetkan jalan, sambil bakar ban pula, bikin polusi udara, sudah gitu bikin roda ekonomi rakyat jadi tersendat. Kenyataan diatas tidak dapat kita ingkari , karena memang telah terjadi pergeseran sosiologis dinamika yang saat ini dari akarnya" Sejarah mencatat betapa heroiknya peran-peran mahasiswa pada beberapa dekade sebelum saat ini. Berbagai rezim di berbagai belahan bumi menjadi “korban” idealisme yang diusung oleh mereka, atas nama kepentingan dan kemashlahatan rakyat banyak. Di Indonesia kita kenal Soe Hok Gie , Soe Hok Gie merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pergerakan mahasiswa tahun 1960 an. Seorang aktivis yang selalu menyuarakan perlawanan terhadap tindakan pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat, melakukan aksi demonstrasi di jalan ? jalan sebagai sebuah bentuk perlawanan beliau terhadap kebijakan pemerintah di zamannya, sayang Gie terperangkap gas beracun di sebuah puncak pegunungan dalam perjalanan alam yang menyebabkan beliau mati muda. Soe Hok Gie merupakan sebagian kecil dari sebuah bentuk peran mahasiswa/kaum terpelajar melawan realitas yang bertentangan dengan idealnya. Tetapi pada hari ini mulut yang menyuarakan kebenaran dan keberpihakan kepada rakyat hilang bagaikan di telan bumi seiring dengan pengaruh globalisasi dan makin timbulnya sifat induvidualistis manusia dalam berinteraksi, sehingga masyarakat bersifat apatis terhadap perubahan sosial yang terjadi.Saat ini di tiap kampus kita bisa mengidentifikasikan ada 5 tipe mahasiswa dalam menghadapai perubahan sosial .ekonomi , politik dan budaya yang ada disekitar lingkungannya. Pertama adalah kelompok rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup yang glamaur ,dan suka menghambur-hamburkan uang orang tuanya ,dan kelompok ini terasa paling banyak pada komposisi mahasiswa saat ini, Kedua adalah kelompok profesional, yang lebih berorientasi pada belajar atau kita sering menyebutnya SO (study Oriented). Ketiga kelompok opurtunis adalah mahasiswa yang cenderung mendukung pemerintah yang berkuasa . Kempat ,kelompok idealis realistis adalah mahasiswa yang memilih cara moderat dalam berjuang menentang pemerintah dan yang terakhir adalah kelompok idealis konfrontatif (dimana mahasiswa tersebut aktif dalam perjuangannya menentang pemerintah yang menyiksa rakyatnya). Pertanyaannya sekarang adalah di kelompok mana kita bisa dimasukan?
Terlepas dari kondisi kampus kita saat ini. Mari kita songsong hari esok dengan secercah cahaya dan mimpi. Seperti kata Giring Nidji “ Mimpi adalah kunci “ maka bermimpilah jika ingin mendapat kunci keberhasilan. Sosok Gie ini dapat di jadikan sebagai inspirasi untuk melawan segala macam bentuk penindasan dan tidak keberpihakan birokrasi kepada rakyat. Reformasi 1998 adalah contoh usaha kongkrit mahasiswa untuk mencoba melakukan perubahan bangsa, banyak pelajaran yang bisa kita petik dari kondisi reformasi pada hari ini yang bisa dikatakan ‘gagal’ untuk membuat perubahan bangsa yang kita inginkan. Gerakan mahasiswa pada tahun 1998 merupakan sebuah gerakan yang didahului latar belakang krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mahasiswa dalam mengusung perubahan sosial tersebut?Dalam ilmu politik dikenal beberapa pandangan mengenai perubahan sosial . Pandangan pertama menjelaskan bahwa gerakan sosial itu dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan (political opportunity) bagi gerakan itu. Pemerintah yang moderat, misalnya, memberikan kesempatan yang lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintahan yang sangat otoriter. Kendala untuk membuat gerakan di negara yang represif (menindas) lebih besar dibandingkan dengan negara yang demokrat. Sebuah pemerintahan negara yang berubah dari represif menjadi moderat terhadap oposisi, menurut pandangan ini, akan diwarnai oleh lahirnya berbagai gerakan sosial yang selama ini terpendam di bawah permukaan.Pandangan kedua berpendapat bahwa gerakan sosial timbul karena meluasnya ketidak puasan atas situasi yang ada. Perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, misalnya, dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang makin lebar untuk sementara antara yang kaya dan yang miskin. Perubahan ini dapat pula menyebabkan krisis identitas dan lunturnya nilai-nilai yang selama ini diagungkan. Perubahan ini akan menimbulkan gejolak di kalangan yang dirugikan dan kemudian meluas menjadi gerakan sosial. Pandangan ketiga beranggapan bahwa gerakan sosial adalah semata-mata masalah kemampuan (leadership capability) dari tokoh penggerak. Adalah sang tokoh penggerak yang mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangun organisasi, yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi untuk terlibat dalam gerakan tersebut. Lalu bagaimana dengan reformasi ‘98?Sebelum masa reformasi sudah terbelit masalah ekonomi yang cukup pelik. Sehingga timbul ketidakpuasan atas situasi yang ada. Mahasiswa yang merasa sebagai garda depan rakyat, turun kejalan untuk melakukan aksi demonstrasi. Pada saat itu muncul conscience collective(kesadaran bersama) dimana mahasiswa merupakan satu kelompok yang harus bersatu padu. Dalam kondisi perilaku kolektif (menyimpang), terdapat kesadaran kolektif dimana sentimen dan ide-ide yang tadinya dimiliki oleh sekelompok mahasiswa yang menyebar dengan begitu cepat sehingga menjadi milik mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Kekecewaan dan ketidakpuasan mahasiswa terhadap pemerintah disambut oleh masyarakat yang menjadi korban dari sistem yang ada. Aksi dari mahasiswa kemudian direspon oleh masyarakat melalui secara sukarela memberikan bantuan kepada para mahasiswa yang sedang mengadakan demonstrasi.Setelah melihat paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah suatu peran mahasiswa dalam perubahan sosial . dimana perubahan sosial tersebut diwujudkan dalam reformasi yaitu gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Namun ada kritik terhadap peran mahasiswa setelah reformasi bergulir yaitu mahasiswa melupakan banyak bidang lainnya yang seharusnya digarap pasca reformasi. Mahasiswa hanya mereformasi bidang pemerintahan saja, padahal jika kita mau melihat tujuan awal .maka seharusnya bidang lain juga harus diperhatikan.
Sekumpulan anak muda yang mengaku sebagai “agent of change” .Agen perubahan dari sebuah budaya. Jika kita melihat situasi sekarang ini, mahasiswa lebih banyak mendapat cap negatif , dari yang sukanya demo hingga memacetkan jalan, sambil bakar ban pula, bikin polusi udara, sudah gitu bikin roda ekonomi rakyat jadi tersendat. Kenyataan diatas tidak dapat kita ingkari , karena memang telah terjadi pergeseran sosiologis dinamika yang saat ini dari akarnya" Sejarah mencatat betapa heroiknya peran-peran mahasiswa pada beberapa dekade sebelum saat ini. Berbagai rezim di berbagai belahan bumi menjadi “korban” idealisme yang diusung oleh mereka, atas nama kepentingan dan kemashlahatan rakyat banyak. Di Indonesia kita kenal Soe Hok Gie , Soe Hok Gie merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pergerakan mahasiswa tahun 1960 an. Seorang aktivis yang selalu menyuarakan perlawanan terhadap tindakan pemerintah yang tidak memihak kepada rakyat, melakukan aksi demonstrasi di jalan ? jalan sebagai sebuah bentuk perlawanan beliau terhadap kebijakan pemerintah di zamannya, sayang Gie terperangkap gas beracun di sebuah puncak pegunungan dalam perjalanan alam yang menyebabkan beliau mati muda. Soe Hok Gie merupakan sebagian kecil dari sebuah bentuk peran mahasiswa/kaum terpelajar melawan realitas yang bertentangan dengan idealnya. Tetapi pada hari ini mulut yang menyuarakan kebenaran dan keberpihakan kepada rakyat hilang bagaikan di telan bumi seiring dengan pengaruh globalisasi dan makin timbulnya sifat induvidualistis manusia dalam berinteraksi, sehingga masyarakat bersifat apatis terhadap perubahan sosial yang terjadi.Saat ini di tiap kampus kita bisa mengidentifikasikan ada 5 tipe mahasiswa dalam menghadapai perubahan sosial .ekonomi , politik dan budaya yang ada disekitar lingkungannya. Pertama adalah kelompok rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup yang glamaur ,dan suka menghambur-hamburkan uang orang tuanya ,dan kelompok ini terasa paling banyak pada komposisi mahasiswa saat ini, Kedua adalah kelompok profesional, yang lebih berorientasi pada belajar atau kita sering menyebutnya SO (study Oriented). Ketiga kelompok opurtunis adalah mahasiswa yang cenderung mendukung pemerintah yang berkuasa . Kempat ,kelompok idealis realistis adalah mahasiswa yang memilih cara moderat dalam berjuang menentang pemerintah dan yang terakhir adalah kelompok idealis konfrontatif (dimana mahasiswa tersebut aktif dalam perjuangannya menentang pemerintah yang menyiksa rakyatnya). Pertanyaannya sekarang adalah di kelompok mana kita bisa dimasukan?
Terlepas dari kondisi kampus kita saat ini. Mari kita songsong hari esok dengan secercah cahaya dan mimpi. Seperti kata Giring Nidji “ Mimpi adalah kunci “ maka bermimpilah jika ingin mendapat kunci keberhasilan. Sosok Gie ini dapat di jadikan sebagai inspirasi untuk melawan segala macam bentuk penindasan dan tidak keberpihakan birokrasi kepada rakyat. Reformasi 1998 adalah contoh usaha kongkrit mahasiswa untuk mencoba melakukan perubahan bangsa, banyak pelajaran yang bisa kita petik dari kondisi reformasi pada hari ini yang bisa dikatakan ‘gagal’ untuk membuat perubahan bangsa yang kita inginkan. Gerakan mahasiswa pada tahun 1998 merupakan sebuah gerakan yang didahului latar belakang krisis ekonomi yang berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh kesadaran bersama dari para mahasiswa. Momen ini kemudian berkembang menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa bidang, khususnya sistem pemerintahan. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mahasiswa dalam mengusung perubahan sosial tersebut?Dalam ilmu politik dikenal beberapa pandangan mengenai perubahan sosial . Pandangan pertama menjelaskan bahwa gerakan sosial itu dilahirkan oleh kondisi yang memberikan kesempatan (political opportunity) bagi gerakan itu. Pemerintah yang moderat, misalnya, memberikan kesempatan yang lebih besar bagi timbulnya gerakan sosial ketimbang pemerintahan yang sangat otoriter. Kendala untuk membuat gerakan di negara yang represif (menindas) lebih besar dibandingkan dengan negara yang demokrat. Sebuah pemerintahan negara yang berubah dari represif menjadi moderat terhadap oposisi, menurut pandangan ini, akan diwarnai oleh lahirnya berbagai gerakan sosial yang selama ini terpendam di bawah permukaan.Pandangan kedua berpendapat bahwa gerakan sosial timbul karena meluasnya ketidak puasan atas situasi yang ada. Perubahan dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern, misalnya, dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang makin lebar untuk sementara antara yang kaya dan yang miskin. Perubahan ini dapat pula menyebabkan krisis identitas dan lunturnya nilai-nilai yang selama ini diagungkan. Perubahan ini akan menimbulkan gejolak di kalangan yang dirugikan dan kemudian meluas menjadi gerakan sosial. Pandangan ketiga beranggapan bahwa gerakan sosial adalah semata-mata masalah kemampuan (leadership capability) dari tokoh penggerak. Adalah sang tokoh penggerak yang mampu memberikan inspirasi, membuat jaringan, membangun organisasi, yang menyebabkan sekelompok orang termotivasi untuk terlibat dalam gerakan tersebut. Lalu bagaimana dengan reformasi ‘98?Sebelum masa reformasi sudah terbelit masalah ekonomi yang cukup pelik. Sehingga timbul ketidakpuasan atas situasi yang ada. Mahasiswa yang merasa sebagai garda depan rakyat, turun kejalan untuk melakukan aksi demonstrasi. Pada saat itu muncul conscience collective(kesadaran bersama) dimana mahasiswa merupakan satu kelompok yang harus bersatu padu. Dalam kondisi perilaku kolektif (menyimpang), terdapat kesadaran kolektif dimana sentimen dan ide-ide yang tadinya dimiliki oleh sekelompok mahasiswa yang menyebar dengan begitu cepat sehingga menjadi milik mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. Kekecewaan dan ketidakpuasan mahasiswa terhadap pemerintah disambut oleh masyarakat yang menjadi korban dari sistem yang ada. Aksi dari mahasiswa kemudian direspon oleh masyarakat melalui secara sukarela memberikan bantuan kepada para mahasiswa yang sedang mengadakan demonstrasi.Setelah melihat paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa gerakan mahasiswa pada tahun 1998 adalah suatu peran mahasiswa dalam perubahan sosial . dimana perubahan sosial tersebut diwujudkan dalam reformasi yaitu gerakan yang hanya bertujuan untuk mengubah sebagian institusi dan nilai. Namun ada kritik terhadap peran mahasiswa setelah reformasi bergulir yaitu mahasiswa melupakan banyak bidang lainnya yang seharusnya digarap pasca reformasi. Mahasiswa hanya mereformasi bidang pemerintahan saja, padahal jika kita mau melihat tujuan awal .maka seharusnya bidang lain juga harus diperhatikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar