LAPORAN
OBSERVASI BIMBINGAN KONSELING
Mata kuliah : Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Nurul Azmi, MA
Diajukan untuk memenuhi tugas UTS
Bimbingan Konseling Observasi di sekolah SMK INFORMATIKA AL-IRSYAD
Disusun
oleh
Nama : Reiza Fitri Yulia
Nim : 14121610722
Kelas : Biologi-B/4
TADRIS IPA BIOLOGI
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2014
Laporan Observasi Bimbingan
Konseling
Nama
sekolah :
SMK INFORMATIKA
AL-IRSYAD
Alamat
sekolah :
Jalan Perjuangan. No.31 by Pass telp. (0231) 480410/ 480522 Cirebon
Nama guru BP : Iin Dwi Astuti. S.Psi
No Hp guru BP : 087727565898
Sekolah
SMK INFORMATIKA AL-IRSYAD merupakan sekolah yang terletak di Jalan
Perjuangan. No.31 by Pass telp. (0231) 480410/ 480522 Cirebon. Adapun visi dan
misi dari sekolah tersebut yaitu:
visi
Menjadikan
pusat pendidikan dan pelatihan teknologi informasi seluruh peserta didik yang
kompeten, mandiri dan berakhlak mulia berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunah hingga
tahun 2018.
Misi
1. Meningkatkan
strategi kerjasama dengan dunia usaha/industri yang relevan.
2. Melaksanakan
sistem pendidikan yang berkualitas dengan menanamkan keimanan dan ketakwaan
sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah.
3. Membina
kemandirian peserta didik melalui kegiatan pembiasaan, kewirausahaan, dan
pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan.
4. Mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berdasarkan minat, bakat dan potensi
peserta didik.
5. Optimalisasi
proses pembelajaran dan bimbingan secara aktif.
A.
Pengertian Bombingan Konseling
Bimbingan
konseling adalah suatu hal yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan.
Pendidikan yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka merubah
individu menjadi ke arah yang lebih baik, yang semula tidak tahu menjadi tahu
dan yang awalnya tidak bisa menjadi bisa, upaya ini pada akhirnya akan
membentuk individu yang mandiri.
Bimbingan
dan Konseling merupakan suatu kegiatan yang terintegrasi dalam keseluruhan
proses belajar mengajar. Untuk memahami pengertian bimbingan dan konseling ada
ahli yang menekankan pada proses bantuan yang berkelanjutan dan ada yang
memberikan pengertian melalui huruf-huruf yang ada pada kata B-I-M-B-I-N-G-A-N
dan K-O-N-S-E-L-I-N-G (Prayitno, 1987).
Apapun
pengertian yang dikemukakan para ahli, yang jelas bimbingan merupakan bantuan
yang diberikan kepada individu atau kelompok agar mereka dapat mandiri, melalui
bahan, interaksi, nasehat, gagasan, alat dan asuhan yang didasarkan atas norma
atau nilai-nilai yang berlaku. Konseling merupakan suatu usaha memperoleh
konsep diri pada individu siswa (siswa asuh/klien). Konsep diri meliputi konsep
tentang diri, orang lain, pendapat orang laintentang diri, tujuan (harapan,
kepercayaan diri), serta dapat menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di
lingkungan dan masyarakatnya (Prayitno, 1987).
Sejak adanya
keputusan bersama Mendikbud dan BAKN no 43/P/1993 dan no 45 th 1993 tentang
petunjuk pelaksanan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Maka kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah ditetapkan adanya 4 bidang bimbingan dan
konseling. Keempat bidang tersebut adalah:
1.
Bidang bimbingan pribadi
Bidang bimbingan pribadi ini
bertujuan untuk membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan
rohani.
2.
Bidang bimbingan sosial
Bidang sosial ini bertujuan untuk
membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang
dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.
3.
Bidang bimbingan belajar
Bidang bimbingan belajar ini
bertujuan untuk membantu siswa untuk mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan
diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan
keterampilan dalam mengembangkan IPTEK, kesenian serta mempersiapkan siswa
untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau terjun ke
lapangan.
4.
Bidang bimbingan karir
Bidang bimbingan karir ini bertujuan
untuk mengenal potensi diri siswa yang dapat dikembangkan sebagai bekal untuk
berkarir di masa depan.
I.
Objek permasalahan semua kelas dari
kelas X sampai kelas XII
II.
Jenis Masalah
Adapun jenis permasalahan yang
dibahas hanya pada permasalahan belajar di kelas XII SMK Al-Irsyad. Masalah
belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat
kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan
keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat
juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat
saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau
cerdas.
Kesulitan
belajar siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga
pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di
bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas,
diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction;
(c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning
diasbilities. Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing pengertian
tersebut.
1.
Learning Disorder atau kekacauan
belajar.
Keadaan
dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang
bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya
tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya
respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih
rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan
olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami
kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2.
Learning Disfunction
Merupakan
gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun
sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental,
gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang
memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola
volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak
dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.
Under Achiever
Mengacu
kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang
tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh :
siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan
tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa
saja atau malah sangat rendah.
4.
Slow Learner atau lambat
belajar
Slow learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.
Learning Disabilities atau
ketidakmampuan belajar
Mengacu pada
gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga
hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Dari sedikit penjelasan diatas,
dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan belajar yang dialami
oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan yang
putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung
tentang pendidikan dan prestasi belajar anak, baik di sekolah maupun dirumah.
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Iin
Dwi Astuti. S.Psi. dalam suatu proses belajar pada masing-masing kelas memiliki
kendala yang sama, seperti halnya malas belajar, kendala yang ada pada kelas XII
yaitu banyak keluhan seperti malas saat diberi motivasi, bolos sekolah, akibat
kecanduan game online, pernah juga dijemput diwarnet. Tetapi sekolah ini
memiliki banyak prestasi belajar, hal ini bahwa sekolah SMK Al-Irsyad
mampu bersaing unggul dalam kegiatan lomba-lomba yang diadakan baik tingkat
sekolah maupun nasional. Banyak piala-piala lomba yang didapatkan, hal ini
sesuai dengan bakat dan minat pada siswa itu sendiri.
Adapun masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan
oleh berbagai faktor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami
masalah belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang
menjadi penyebab munculnya masalah belajar. Pada garis besarnya faktor-faktor
timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori,
yaitu:
1.
Faktor-faktor internal
(faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
a.
Gangguan secara fisik, seperti
kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera,
cacat tubuh, serta penyakit menahun.
b.
Ketidakseimbangan mental (adanya
gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental,
taraf kecerdasan cenderung kurang.
c.
Kelemahan emosional, seperti merasa
tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut,
benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
d.
Kelemahan yang disebabkan oleh
kebiasaan dan sikap yang salah, sperti kurang perhatian dan minat terhadap
pelajaran sekolah malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti
pelajaran.
2.
Faktor-faktor eksternal
(faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
a.
Sekolah, antara lain:
1)
Sifat kurikulum yang kurang
fleksibel.
2)
Terlalu berat beban belajar (murid)
dan untuk mengajar (guru).
3)
Metode mengajar yang kurang memadai.
4)
Kurangnya alat dan sumber untuk
kegiatan belajar.
b.
Keluarga (rumah), antara lain:
1)
Keluarga tidak utuh atau kurang
harmonis.
2)
Sikap orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anaknya.
3)
Keadaan ekonomi.
III. Pendekatan
Mengatasi Masalah
Seperti yang
diungkapkan oleh ibu Iin Dwi Astuti. S.Psi, pendekatan
untuk mengatasi suatu permasalahan belajar yaitu dengan pendekatan secara
langsung dengan memahami siswanya, tekniknya yaitu guru BP masuk ke dalam
kelas, memberikan suatu arahan dengan agama, motivasi hingga kesuatu
permasalahan belajar. Masing-masing siswa dibentuk kelompok-kelompok kecil
dengan permasalahan yang sama, kelompok kecil yang sudah dibentuk masing-masing
siswa mendiskusikan permasalahannya bersama-sama dengan teman kelompoknya. Hal
ini agar efektif dalam mengatasi permasalahan, sehingga guru BP leluasa
memecahkan permasalahan belajar yang dihadapi bersama-sama. Otomatis siswa yang
memiliki suatu permasalahan nyaman dalam mengeluarkan pendapatnya. Kemudian
masing-masing siswa diberi bimbingan.
Dalam
menguraikan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam bimbingan dan konseling,
Iis Haryati (2009) menyatakan bahwa setiap pendekatan memiliki pandangan yang
berbeda tentang sifat manusia, pribadi manusia, kondisi manusia, dll. Pandangan
tentang manusia ini akan melahirkan konsep dan landasan filosofis mengenai
bimbingan dan koseling. Oleh karena itu, merujuk pada filosofis in, Iis
Haryati, yang mengutif pandangan Gerald Corey (2005), menguraikan berbagai
Pendekatan dalam bimbingan dan konseling, yaitu :
1.
Pendekatan Psikoanalitik
Manusia pada
dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. Motif
dan Konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Adapun
perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada
konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
2. Pendekatan
Eksistensial-Humanistik
Berfokus pada sifat dari kondisi
manusia yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, kebebasan untuk
menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu
unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, ketika
sendirian dan ketika berada dalam hubungan dengan oranglain, keterhinggan dan
kematian dan kecendrungan untuk mengaktualkan diri.
3. Pendekatan
Client-Centered
Pendekatan
ini memandang manusia secara positif bahwah manusia memiliki suatu kecendrungan
ke arah berfungsi penuh. dalam konyeks hubungan konseling, klien mengalami
perasaan-perasaan yang sebelumnya diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan
bergerak kearah peningkatan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri,
dan keterarahan.
4. Pendekatan
Gestalt
Manusia
terdorongke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan serta tingkah
laku. Pandangannya antideterministik dalam arti individu dipandang memiliki
kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan
kesulitan-kesulitan sekarang.
5. Pendekatan
Analisis Transaksional
Manusia
dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa
ditetapkan ulang.meskipun manusia dapat menjadi korban dari putusan-putusan
dini dan skenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah
dengan kesadaran.
6. Pendekatan
Tingkah Laku
Manusia
dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya Pandangan
Determistik, dalam arti, tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan
pengondisian.
7. Pendekatan Rasional
Emotif
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir
rasional, tetapi juga dengan kecendrungan-kecendrungan kearah berpikir curang.
mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irasional
dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu,
tetapi berorientasi kognitif tingkahlaku tindakan, dan menekankan berpikir,
menilai, menganalisis, melakukan, dan memutuskan ulang. modelnya adalah
didaktif direktif, tetapi dilihat sebagai reduksi.
8. Pendekatan Realitas
Pendekatan
realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik. Menurut Prof.
Dedi Supriadi (2004:213), berdasarkan agendanya, bimbingan dapat dilakukan
secara individual dan kelompok (group). bimbingan dan konseling yang dilakukan
secara individual disebut "bimbingan individu", sedangkan bimbingan
dan konseling yang dilakukan secara berkelompok disebut "bimbingan
kelompok".
IV.
Metode Mengatasi Masalah
Metode
merupakan suatu jalur atau jalan yang harus dilalui untuk pencapaian suatu tujuan,
karena kata metode berasal dari meta berarti melalui dan hodos berarti jalan. Dalam
bimbingan dan konseling bisa dikatakan sebagai suatu cara tertentu yang
digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Secara umum ada dua metode
dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu pertama, metode bimbingan
individual, dan kedua, metode bimbingan kelompok. Metode bimbingan kelompok di
kenal juga dengan bimbingan (group guidance) sedangkan metode bimbingan
individual dikenal dengan individual konseling.
Seperti yang
dikatakan ibu Iin Dwi Astuti. S.Psi,
metode untuk mengatasi permasalahan belajar yaitu dengan konseling secara
langsung, baik itu melalui kelompok maupun individu. Adapun bagi siswa yang
memiliki permasalahan, seperti jarang masuk sekolah, bolos dan lain-lain.
Biasanya terlebih dahulu mencari informasi mengenai siswa yang terkena masalah.
Kemudian menanyakan latar belakangnya, hingga menanyakan ke wali kelas dan
kerja sama dari orang tuanya untuk memberi bimbingan dan arahan terhadap siswa
yang memilki permasalahan tersebut.
A. Metode
Bimbingan Individual
Seperti
telah disebutkan dalam pembahasan di atas bahwa konseling merupakan salah satu
teknik bimbingan. Melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberiakan secara
individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing
(konselor) dengan siswa (klien). Dengan perkataan lain pemberian bantuan
diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship
(hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara (pembimbing)
konselor dengan siswa( klien). Masalah–masalah yang dipecahkan melalui teknik
konseling, adalah masalah–masalah yang bersifat pribadi.
Dalam
konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan
empati. Simpati ditunjukan oleh konselor melalui sikap turut merasakan apa yang
sedang dirasakan oleh klien (siswa). Sedangkan empari adalah usaha konselor
menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah–masalah yang
dihadapinya. Keberhasilan konselor bersimpati dan berempati akan memberikan
kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor. Keberhasilan bersimpati dan
berempati dari konselor juga akan sangat membantu keberhasilan proses
konseling.
Apabila
merajuk kepada teori –teori konseling, setidaknya ada tiga cara konseling
yaitu:
a.
Directive counseling
b.
Non derective counseling
c.
Ecleretive counseling.
B. Metode
Bimbingan Kelompok
Cara ini
dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan masalah melalui
kegiatan kelompok. Masalah yang dipecahkan bersifat kelompok, yaitu yang
disarankan bersama oleh kelompok (beberapa orang siswa) atau bersifat
individual atau perorangan, yaitu masalah yang disarankan oleh individu
(seorang siswa) sebagai anggota kelompok.
Penyelenggaraan
bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk mengatasi masalah bersama atau
individu yang menghadapi masalah dengan menempatkanya dalaam kehidupan
kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok adalah:
- Program Home Room
- Karyawisata
- Diskusi kelompok
- Kegiatan Kelompok
- Organisasi Siswa
- Sosiodrama
- Psikodrama
- Pengajaran Remedial
V.
SOLUSI
Sebagai konselor harus bisa
menciptakan hubungan baik dengan konseli, memberikan informasi yang
meyakinkannya, membantunya dalam proses melakukan pilihan dan pengambilan
keputusan mengenai rencana-rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya. Untuk mengatasi suatu permasalahan belajar lebih baik menggunakan metode
individual dan kelompok. Mengingat sedemikian pentingnya peranan dan tanggung
jawab konselor, maka diperlukan dua persyaratan khusus bagi seorang konselor
yaitu, memiliki gelar kesarjanaan dalam bidang psikologi dan mempunyai
ciri-ciri dan kepribadian antara lain; dapat memahami orang lain secara
objektif dan simpatik, mampu mengadakan kerjasama dengan orang lain dengan
baik, memiliki
kemampuan perspektif, memahami batas-batas kemampuan sendiri, mempunyai
perhatian dan minat terhadap masalah pada siswa dan ada keinginan untuk
membantu, dan harus memiliki sikap yang bijak dan konsisten dalam mengambil
keputusan.
Dengan dimilikinya kecakapan dan persyaratan khusus seperti terurai di
atas, seorang konselor diharapkan mampu membantu mengatasi dan memecahkan
masalah kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Namun perlu diingat bahwa
keberhasilan suatu konseling akan bisa maksimal apabila ada keterbukaan dan
kepercayaan antara pihak klien dan konselor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar