Minggu, 23 November 2014

LAPORAN OBSERVASI BIMBINGAN KONSELING



LAPORAN OBSERVASI BIMBINGAN KONSELING
Mata kuliah                    : Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu           : Dra. Hj. Nurul Azmi, MA
Diajukan untuk memenuhi tugas UTS Bimbingan Konseling Observasi di sekolah SMK INFORMATIKA AL-IRSYAD





 









Disusun oleh
Nama        : Reiza Fitri Yulia
Nim           : 14121610722
Kelas         : Biologi-B/4






TADRIS IPA BIOLOGI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2014

Laporan Observasi Bimbingan Konseling

Nama sekolah              : SMK INFORMATIKA AL-IRSYAD
Alamat sekolah           : Jalan Perjuangan. No.31 by Pass telp. (0231) 480410/ 480522 Cirebon
Nama guru BP                        : Iin Dwi Astuti. S.Psi
No Hp guru BP           : 087727565898

            Sekolah SMK INFORMATIKA AL-IRSYAD merupakan sekolah yang terletak di Jalan Perjuangan. No.31 by Pass telp. (0231) 480410/ 480522 Cirebon. Adapun visi dan misi dari sekolah tersebut yaitu:
visi
Menjadikan pusat pendidikan dan pelatihan teknologi informasi seluruh peserta didik yang kompeten, mandiri dan berakhlak mulia berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunah hingga tahun 2018.
Misi
1.      Meningkatkan strategi kerjasama dengan dunia usaha/industri yang relevan.
2.      Melaksanakan sistem pendidikan yang berkualitas dengan menanamkan keimanan dan ketakwaan sesuai Al-Qur’an dan As-Sunah.
3.      Membina kemandirian peserta didik melalui kegiatan pembiasaan, kewirausahaan, dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan.
4.      Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berdasarkan minat, bakat dan potensi peserta didik.
5.      Optimalisasi proses pembelajaran dan bimbingan secara aktif.


A.    Pengertian Bombingan Konseling
Bimbingan konseling adalah suatu hal yang sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Pendidikan yang merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka merubah individu menjadi ke arah yang lebih baik, yang semula tidak tahu menjadi tahu dan yang awalnya tidak bisa menjadi bisa, upaya ini pada akhirnya akan membentuk individu yang mandiri.
Bimbingan dan Konseling merupakan suatu kegiatan yang terintegrasi dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Untuk memahami pengertian bimbingan dan konseling ada ahli yang menekankan pada proses bantuan yang berkelanjutan dan ada yang memberikan pengertian melalui huruf-huruf yang ada pada kata B-I-M-B-I-N-G-A-N dan K-O-N-S-E-L-I-N-G (Prayitno, 1987).
Apapun pengertian yang dikemukakan para ahli, yang jelas bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau kelompok agar mereka dapat mandiri, melalui bahan, interaksi, nasehat, gagasan, alat dan asuhan yang didasarkan atas norma atau nilai-nilai yang berlaku. Konseling merupakan suatu usaha memperoleh konsep diri pada individu siswa (siswa asuh/klien). Konsep diri meliputi konsep tentang diri, orang lain, pendapat orang laintentang diri, tujuan (harapan, kepercayaan diri), serta dapat menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungan dan masyarakatnya (Prayitno, 1987).
Sejak adanya keputusan bersama Mendikbud dan BAKN no 43/P/1993 dan no 45 th 1993 tentang petunjuk pelaksanan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya. Maka kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah ditetapkan adanya 4 bidang bimbingan dan konseling. Keempat bidang tersebut adalah:
1.      Bidang bimbingan pribadi
Bidang bimbingan pribadi ini bertujuan untuk membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani.
2.      Bidang bimbingan sosial
Bidang sosial ini bertujuan untuk membantu siswa mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang dilandasi budi pekerti luhur, tanggung jawab kemasyarakatan dan kenegaraan.
3.      Bidang bimbingan belajar
Bidang bimbingan belajar ini bertujuan untuk membantu siswa untuk mengenal, menumbuhkan dan mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan IPTEK, kesenian serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau terjun ke lapangan.
4.      Bidang bimbingan karir
Bidang bimbingan karir ini bertujuan untuk mengenal potensi diri siswa yang dapat dikembangkan sebagai bekal untuk berkarir di masa depan.
I.            Objek permasalahan semua kelas dari kelas X sampai kelas XII
II.         Jenis Masalah
Adapun jenis permasalahan yang dibahas hanya pada permasalahan belajar di kelas XII SMK Al-Irsyad. Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas.
Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan dijelaskan dari masing-masing pengertian tersebut.
1.       Learning Disorder atau kekacauan belajar.
Keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2.      Learning Disfunction
Merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3.      Under Achiever
Mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
4.      Slow Learner atau lambat belajar
Slow learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5.      Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar
Mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Dari sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak, baik di sekolah maupun dirumah.
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Iin Dwi Astuti. S.Psi. dalam suatu proses belajar pada masing-masing kelas memiliki kendala yang sama, seperti halnya malas belajar, kendala yang ada pada kelas XII yaitu banyak keluhan seperti malas saat diberi motivasi, bolos sekolah, akibat kecanduan game online, pernah juga dijemput diwarnet. Tetapi sekolah ini memiliki banyak prestasi belajar, hal ini bahwa sekolah SMK Al-Irsyad mampu bersaing unggul dalam kegiatan lomba-lomba yang diadakan baik tingkat sekolah maupun nasional. Banyak piala-piala lomba yang didapatkan, hal ini sesuai dengan bakat dan minat pada siswa itu sendiri.
Adapun masalah kesulitan belajar ini, tentunya disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk memberikan suatu bantuan kepada anak yang mengalami masalah belajar, tentunya kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah belajar. Pada garis besarnya faktor-faktor timbulnya masalah belajar pada murid dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:
1.          Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
a.       Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
b.      Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang.
c.       Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
d.      Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, sperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
2.          Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
a.       Sekolah, antara lain:
1)      Sifat kurikulum yang kurang fleksibel.
2)      Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru).
3)      Metode mengajar yang kurang memadai.
4)      Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
b.      Keluarga (rumah), antara lain:
1)      Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
2)      Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya.
3)      Keadaan ekonomi.
III.      Pendekatan Mengatasi Masalah
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Iin Dwi Astuti. S.Psi, pendekatan untuk mengatasi suatu permasalahan belajar yaitu dengan pendekatan secara langsung dengan memahami siswanya, tekniknya yaitu guru BP masuk ke dalam kelas, memberikan suatu arahan dengan agama, motivasi hingga kesuatu permasalahan belajar. Masing-masing siswa dibentuk kelompok-kelompok kecil dengan permasalahan yang sama, kelompok kecil yang sudah dibentuk masing-masing siswa mendiskusikan permasalahannya bersama-sama dengan teman kelompoknya. Hal ini agar efektif dalam mengatasi permasalahan, sehingga guru BP leluasa memecahkan permasalahan belajar yang dihadapi bersama-sama. Otomatis siswa yang memiliki suatu permasalahan nyaman dalam mengeluarkan pendapatnya. Kemudian masing-masing siswa diberi bimbingan.
Dalam menguraikan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam bimbingan dan konseling, Iis Haryati (2009) menyatakan bahwa setiap pendekatan memiliki pandangan yang berbeda tentang sifat manusia, pribadi manusia, kondisi manusia, dll. Pandangan tentang manusia ini akan melahirkan konsep dan landasan filosofis mengenai bimbingan dan koseling. Oleh karena itu, merujuk pada filosofis in, Iis Haryati, yang mengutif pandangan Gerald Corey (2005), menguraikan berbagai Pendekatan dalam bimbingan dan konseling, yaitu :
1.      Pendekatan Psikoanalitik
Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini. Motif dan Konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang. Adapun perkembangan dini penting karena masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi.
2.      Pendekatan Eksistensial-Humanistik
Berfokus pada sifat dari kondisi manusia yang mencangkup kesanggupan untuk menyadari diri, kebebasan untuk menentukan nasib sendiri, kebebasan dan tanggung jawab, kecemasan sebagai suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang tak bermakna, ketika sendirian dan ketika berada dalam hubungan dengan oranglain, keterhinggan dan kematian dan kecendrungan untuk mengaktualkan diri.
3.      Pendekatan Client-Centered
Pendekatan ini memandang manusia secara positif bahwah manusia memiliki suatu kecendrungan ke arah berfungsi penuh. dalam konyeks hubungan konseling, klien mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan bergerak kearah peningkatan kesadaran, spontanitas, kepercayaan kepada diri, dan keterarahan.
4.      Pendekatan Gestalt
Manusia terdorongke arah keseluruhan dan integrasi pemikiran perasaan serta tingkah laku. Pandangannya antideterministik dalam arti individu dipandang memiliki kesanggupan untuk menyadari bagaimana pengaruh masa lampau berkaitan dengan kesulitan-kesulitan sekarang.
5.      Pendekatan Analisis Transaksional
Manusia dipandang memiliki kemampuan memilih. Apa yang sebelumnya ditetapkan, bisa ditetapkan ulang.meskipun manusia dapat menjadi korban dari putusan-putusan dini dan skenario kehidupan, aspek-aspek yang mengalihkan diri bisa diubah dengan kesadaran.
6.      Pendekatan Tingkah Laku
Manusia dibentuk dan dikondisikan oleh pengondisian sosial budaya Pandangan Determistik, dalam arti, tingkah laku dipandang sebagai hasil belajar dan pengondisian.
7.      Pendekatan Rasional Emotif
Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasional, tetapi juga dengan kecendrungan-kecendrungan kearah berpikir curang. mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irasional dan untuk mereindoktrinasi dengan keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif tingkahlaku tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganalisis, melakukan, dan memutuskan ulang. modelnya adalah didaktif direktif, tetapi dilihat sebagai reduksi.


8.      Pendekatan Realitas
Pendekatan realitas berlandaskan motivasi pertumbuhan dan antideterministik. Menurut Prof. Dedi Supriadi (2004:213), berdasarkan agendanya, bimbingan dapat dilakukan secara individual dan kelompok (group). bimbingan dan konseling yang dilakukan secara individual disebut "bimbingan individu", sedangkan bimbingan dan konseling yang dilakukan secara berkelompok disebut "bimbingan kelompok".

IV.             Metode Mengatasi Masalah
Metode merupakan suatu jalur atau jalan yang harus dilalui untuk pencapaian suatu tujuan, karena kata metode berasal dari meta berarti melalui dan hodos berarti jalan. Dalam bimbingan dan konseling bisa dikatakan sebagai suatu cara tertentu yang digunakan dalam proses bimbingan dan konseling. Secara umum ada dua metode dalam pelayanan bimbingan dan konseling, yaitu pertama, metode bimbingan individual, dan kedua, metode bimbingan kelompok. Metode bimbingan kelompok di kenal juga dengan bimbingan (group guidance) sedangkan metode bimbingan individual dikenal dengan individual konseling.
Seperti yang dikatakan ibu Iin Dwi Astuti. S.Psi, metode untuk mengatasi permasalahan belajar yaitu dengan konseling secara langsung, baik itu melalui kelompok maupun individu. Adapun bagi siswa yang memiliki permasalahan, seperti jarang masuk sekolah, bolos dan lain-lain. Biasanya terlebih dahulu mencari informasi mengenai siswa yang terkena masalah. Kemudian menanyakan latar belakangnya, hingga menanyakan ke wali kelas dan kerja sama dari orang tuanya untuk memberi bimbingan dan arahan terhadap siswa yang memilki permasalahan tersebut.
A.    Metode Bimbingan Individual
Seperti telah disebutkan dalam pembahasan di atas bahwa konseling merupakan salah satu teknik bimbingan. Melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberiakan secara individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing (konselor) dengan siswa (klien). Dengan perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara (pembimbing) konselor dengan siswa( klien). Masalah–masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah–masalah yang bersifat pribadi.
Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukan oleh konselor melalui sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien (siswa). Sedangkan empari adalah usaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah–masalah yang dihadapinya. Keberhasilan konselor bersimpati dan berempati akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling.
Apabila merajuk kepada teori –teori konseling, setidaknya ada tiga cara konseling yaitu:
a.       Directive counseling
b.      Non derective counseling
c.       Ecleretive counseling.
B.     Metode Bimbingan Kelompok
Cara ini dilakukan untuk membantu siswa (klien) memecahkan masalah melalui kegiatan  kelompok. Masalah yang dipecahkan bersifat kelompok, yaitu yang disarankan bersama oleh kelompok (beberapa orang siswa) atau bersifat individual atau perorangan, yaitu masalah yang disarankan oleh individu (seorang siswa) sebagai anggota kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan kelompok antara lain dimaksudkan untuk mengatasi masalah bersama atau individu yang menghadapi masalah dengan menempatkanya dalaam kehidupan kelompok. Beberapa jenis metode bimbingan kelompok adalah:
  1. Program Home Room
  2. Karyawisata
  3. Diskusi kelompok
  4. Kegiatan Kelompok
  5. Organisasi Siswa
  6. Sosiodrama
  7. Psikodrama
  8. Pengajaran Remedial
V.         SOLUSI
Sebagai konselor harus bisa menciptakan hubungan baik dengan konseli, memberikan informasi yang meyakinkannya, membantunya dalam proses melakukan pilihan dan pengambilan keputusan mengenai rencana-rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya. Untuk mengatasi suatu permasalahan belajar lebih baik menggunakan metode individual dan kelompok. Mengingat sedemikian pentingnya peranan dan tanggung jawab konselor, maka diperlukan dua persyaratan khusus bagi seorang konselor yaitu, memiliki gelar kesarjanaan dalam bidang psikologi dan mempunyai ciri-ciri dan kepribadian antara lain; dapat memahami orang lain secara objektif dan simpatik, mampu mengadakan kerjasama dengan orang lain dengan baik, memiliki kemampuan perspektif, memahami batas-batas kemampuan sendiri, mempunyai perhatian dan minat terhadap masalah pada siswa dan ada keinginan untuk membantu, dan harus memiliki sikap yang bijak dan konsisten dalam mengambil keputusan.
Dengan dimilikinya kecakapan dan persyaratan khusus seperti terurai di atas, seorang konselor diharapkan mampu membantu mengatasi dan memecahkan masalah kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. Namun perlu diingat bahwa keberhasilan suatu konseling akan bisa maksimal apabila ada keterbukaan dan kepercayaan antara pihak klien dan konselor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar