Rabu, 26 November 2014

RANJAU DARAT DIMATA ORANG TIDAK WARAS

Jangan panggil aku "sinting" lagi! aku sudah bosan! mereka selalu memanggilku demikian. Mereka, makhluk menjijikan yang merangkak, mengerang, meratap di atas bola kotor yang kucintai.
Bahkan mereka tidak tahu apa yang membentuk gumpalan tanah yang mereka siksa ini.
OK, kau (mungkin) sudah mendengar cerita tentang materi pembentuk bumi, tapi kau tahukah kau? mereka yang mengolokku itu juga membentuk bumi ini juga?
Kotoran coklat yang mereka sebut "Bumi" ini terbentuk karena satu lagu panjang .... dan aku tidak yakin kalian tahu cerita ini. tapi itulah kenyataan yang aku percaya sampai saat ini.
Planet ini begitu tenang sampai cahaya melahirkan emosi dalam diri makhluk suci yang mereka sebut "manusia", dan inilah yang aku rasakan, yang aku takutkan, bahkan aku ingin melarikan diri darinya.
Ketika bumi ini terlahir, satu nyanyian merdu selesai dinyanyikan, lalu para materi mengulang dan terus mengulang lagu itu, sampai Dia menciptakan makhluk sempurna di atas nyanyian itu.
Hatinya diisi kegelapan, kehampaan, ketenangan, dan kedamaian. Cahaya yang tidak tahan melihatnya, mengisi hati itu dengan emosi. Lalu makhluk itu mengambil sedikit hatinya, menaruhnya di dalam badan makhluk yang lain, dan akhirnya ribuan makhluk sempurna dengan emosi terlahir.
Di sepanjang lagu itu air mengalir dan menggoyang kerincing kedamaian. Api terus membara dan memainkan tuts-tuts piano kehangatan. Angin berlari dan memetik harpa kesegaran. Tanah bergetar dengan halus dan menabuh genderang ketenangan.
Semua begitu sempurna, lagu itu terus dimainkan berkali-kali dan berkali-kali, sampai akhirnya makhluk itu saling menggoreskan pedang mereka pada sesamanya. Lagu itu berubah, sedikit demi sedikit, tapi masih dalam satu alur yang sama.
Sampai pada suatu saat, lagu itu berubah drastis. Makhluk suci yang kotor itu menciptakan materi baru. Mereka menanamnya di atas bumi. Ia menggoncangkan tanah, menghentikan aliran air, mengacaukan gerak angin, merusak batas panas api.
Lagu itu kini berubah, satu lagu yang dahulu tenang dan penuh kedamaian, kini berubah menjadi satu lagu kasar dan tidak beraturan. Aku yang dahulu dapat mendengar lagu itu sebagai penenang, kini aku merasa jijik mendengarnya, hanya satu lagu dengan dengingan berbagai nada.
Api membakar piano yang dimainkannya, hanya suara terbakarnya piano itu-lah yang terdengar. Air menenggelamkan kerincing, sehingga ia berkarat, hanya suara gesekan karat dari kerincing itu yang terdengar. Angin memetik harpa dengan sembarangan, hanya terdengar seperti lengkingan yang memekakan telinga. Genderang bumi berlubang dan menjadi sumbang.
Dan, munculah materi buatan. Ia terus tertawa dan tertawa hingga kini. Memperburuk lagu yang terus berulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar