MAKALAH
TAKHRIJ HADIS
Diajukuan
untuk memenuhi tugas tersetruktur
Mata
kuliah : Pengantar Studi Hadis
Dosen
Pengampu : Jajang aisul mujakki
Disusun oleh :
1.
Nia
Ramadhania Putri
2.
Rika
Ikramatul Atiyah
3.
Usfatul’
ai’ni
IPA-BIOLOGI B-2-TARBIYAH
INSITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim…
Puji syukur
marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat,
hidayah serta inayah –Nya. Sehingga, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pengantar
studi Hadis yang berjudul “ Tahkrij Hadis”. Sholawat serta salam tak lupa juga
kita limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Dengan rasa
kesungguhan, penyusunan makalah ini dihadapkan pada pengetahuan dan kemampuan
serta waktu terbatas, sehingga kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini
jauh dari kesempurnaan.
Berhasilnya
penyusunan ini tentunya berkat kerja sama dan terima kasih khususnya kepada
bapa Jajang aisul mujakki selaku dosen
Pengantar Studi Hadis (PSH) yang telah membimbing kami.
Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
dengan senang hati menerima segala saran dan masukkan yang bersifat membangun.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu
pengetahuan.
Cirebon, 22 Maret 2013
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Dalam kajian keislaman, yaitu mengenai
penjelasan tentang pengertian tahkrij hadis. Takhrij menurut istilah adalah
penunjukan terhadap tempat hadist didalam sumber aslinya yang dijelaskan sanad
dan martabatnya sesuai keperluan.
Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu
agama yang harus mendapat perhatian serius karena didalamnya dibicarakan
berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Di samping itu, di
dalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam
menentukan kualitas sanad hadis.
Takhrij hadis bertujuan mengetahui
sumber asal hadis yang di takhrij.
Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya hadis-hadis
tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang pengutipannya
memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku sehingga hadis tersebut
menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
Penguasaan para ulama dahulu terhadap sumber-sumber
hadis begitu luas sehingga jika disebutkan suatu hadis mereka tidak merasa
kesulitan untuk mengetahui sumber hadis tersebut. Ketika semangat belajar mulai
melemah, mereka kesulitan untuk mengetahui tempat-tempat hadis yang dijadikan .
Sebagian ulama bangkit dan memperlihatkan hadis-hadis yang ada pada sebagian
kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab hadis yang asli, menjelaskan
metodenya, dan menerangkan kualitasnya, apakah hadis tersebut shahih atau
dhaif, lalu muncullah apa yang dinamakan dengan kutub at-takhrij. Para muhaditsin
mengartikan tahkrij hadist sebagai
Mengemukakan hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya dalam
sanad yang telah menyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang mereka
tempuh.
Ulama mengemukakan berbagai hadis yang
telah dikemukakan oleh para guru hadis, atau berbagai kitab lain yang
susunannya dikemukakan berdasarkan riwayat sendiri, atau para gurunya, siapa
periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis yang dijadikan sumber
pengambilan.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan
pada indicator-indikar masalah yang dikemukakan di latar belakang masalah,
rumusan yang kami tetapkan adalah:
a)
Apa
itu Pengertian takhrij?
b)
Bagaimana
para muhaditsin mengemukakan takhrij?
c)
Apa
uraian definis takhrij?
d)
Apa
tujuan takhrij hadis?
e)
Apa sejarah
takhrij?
f)
Apa
itumetode takhrij hadis?
C.
Tujuan
makalah
a)
Mengatahui
arti tentang tahkrij hadis.
b)
Mengetahui
tujuan tentang tahkrij.
c)
Mangatahui
sejarah tentang tahkrij hadis.
d)
Mengetahui
metode tahkrij hadis.
e)
Mengetahui
kitab-kitab yang diperlukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
TAKHRIJ HADITS
Takhrij menurut lughat berasal dari
kata , yang berarti ‘tampak’ atau ‘jelas’. Takhrij
secara bahasa berarti juga berkumpulnya dua perkara yang saling berlawanan
dalam satu persoalan, namun secara mutlak, ia diartikan pleh para ahli bahasa
dengan arti ‘mengeluarkan’ (al-istinbath),
‘melatih’ atau ‘membiasakan’ (at-tadrib).
dan ‘menghadapkan’ (at-taujih).1
Takhrij menurut istilah adalah
penunjukan terhadap tempat hadist didalam sumber aslinya yang dijelaskan sanad
dan martabatnya sesuai keperluan.2
Ø Para
muhaditsin mengartikan tahkrij hadist sebagai berikut. 3
1. Mengemukakan
hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para periwayatnya dalam sanad yang
telah menyampaikan hadis itu dengan metode periwayatan yang mereka tempuh.
2. Ulama
mengemukakan berbagai hadis yang telah dikemukakan oleh para guru hadis, atau
berbagai kitab lain yang susunannya dikemukakan berdasarkan riwayat sendiri,
atau para gurunya, siapa periwayatnya dari para penyusun kitab atau karya tulis
yang dijadikan sumber pengambilan.
3. ‘Mengeluarkan’,
yaitu mengeluarkan hadis dari dalam kitab dan meriwayatkannya. Al-sakhawy
mengatakan dalam kitab fathul mughits sebagai berikut, “takhrij adalah seorang
muhadits mengeluarkan hadis-hadis dari dalam ajza’, al-masikhat, atau
kitab-kitab lainnya. Kemudian, hadis tersebut disusun gurunya atau
teman-temannya dan sebagainya, dan dibicarakan kemudian disandarkan kepada
pengarang atau penyusun kitab itu”.
4. Dalalah,
yaitu menunujukan pada sumber hadis asli
dan menyandarkan hadist tersebut pada kitab sumber asli dengan menyebutkan
perawi penyusunnya.
1. Abu Muhammad Al-Mahdi Ibn Abd Al-Qadir Al-Hadi. Darul Ikhtisham: Thariqu Takhrij Hadits Rasullulah ‘Alaihi wasallam, t.t. hlm.6.
2.
Mahmud
Ath-Thahhan. Ushul At-Takhrij wa Dirasah As-Sanid. Riyad:Maktabah
Rosyad.t.t.hlm.12.
3.
Syuhudi
Ismail.Metode Penelitian Sanad Hadis.Jakarta:Bulan Bintang.1992.hlm.41-42.
|
5. Menunjukan
atau mengemukaka letak asal hadis pada sumbernya yang asli, yakni kitab yang
didalamnya dikemukakan secara lengkap dengan sanadnya masing-masing, lalu untuk
kepentingan penelitian, dijelaskan kualitas sanad hadis tersebut.
Ø Dari
uraian definisi diatas, tahkrij dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Mengemukakan
hadis pada orang banyak dengan menyebutkan para rawinya yang ada dalam sanad
hadis itu.
2. Mengemukakan
asal- usul hadis sambil dijelaskan sumber pengambilannya dari berbagai kitab
hadis, yang rangkaian sanadnya berdasarkan riwayat yang telah diterimanya
sendiri atau berdasarkan riwayat yang telah diterimanya sendiri atau
berdasarkan rangkaian sanad gurunya, dan yang lainnya.
3. Mengemukakan
hadis-hadis berdasarkan sumber pengambilannya dari kitab-kitab yang di dalamnya
dijelaskan metode periwayatannya dan sanad hadis-hadis tersebut, dengan metode
dan kualitas para rawi sekaligus hadisnya. Dengan demikian, pentahkrij-an hadis
penelusuran atau pencarian hadis dalam berbagai kitab hadis (sebagai sumber
asli dari hadis yang bersangkutan), baik menyangkut materi atau isi (matan),
maupun jalur periwayatan (sanad) hadis yang dikemukakan.
B.
TUJUAN
DAN FAEDAH TAKHRIJ HADIS
Ilmu
takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius
karena didalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu
berasal. Di samping itu, di dalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang
diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadis.4
Takhrij
hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya
hadis-hadis tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang
pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku sehingga
hadis tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
Adapun faedah
takhrij hadis ini antara lain :
1. Dapat
diketahui banyak – sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis yang sedang menjadi
topik kajian.
2. Dapat
diketahui kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah kekuatan riwayat. Sebaliknya,
tanpa dukungan periwayatan lain, kekuatan periwayatan tidak bertambah.
3.
Dapat ditemukan status
hadis Shahih li dzatih atau shahih li ghairih, hasan li dzatih, atau
hasan li ghairih. Demikian juga, akan
dapat diketahui istilah hadis mutawatir,
masyhur, aziz, dan gharib-nya.5
4.
Memberikan kemudahan
bagi orang yang hendak mengamalkan setelah mengetahui bahwa hadis tersebut
adalah makbul ( dapat diterima).
Sebaliknya, orang tidak akan mengamalkannya apabila mengetahui bahwa hadis
tersebut mardud (ditolak).
5.
Menguatkan keyakinan
bahwa suatu hadis adalah benar-benar berasal dari Rasullullah SAW. Yang harus
diikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran hadis tersebut,
baik dari segi sanad maupun matan.
4. Utang Ranuwijaya.Ilmu Hadis.Jakarta:Gaya Media Pratama.1996
5.
Ahmad
ZarkasyiChumaidy.Takhrij Al-Hadis:Mengkaji dan Meneliti Al-Hadis.
Bandung:IAIN sunan gunung Djati.1990 hlm.7
6.
Syaikh Manna
Al-Qaththan.Mabahits fi ‘Ulum AL-Hadis.terj.Muhammad Ihsan.Jakarta:Pustaka
Al-Kausar.2005.hlm.189.
|
C.
SEJARAH
TAKHRIJ HADIS
Penguasaan para ulama dahulu
terhadap sumber-sumber hadis begitu luas sehingga jika disebutkan suatu hadis
mereka tidak merasa kesulitan untuk mengetahui sumber hadis tersebut. Ketika
semangat belajar mulai melemah, mereka kesulitan untuk mengetahui tempat-tempat
hadis yang dijadikan . Sebagian ulama bangkit dan memperlihatkan hadis-hadis
yang ada pada sebagian kitab dan menjelaskan sumbernya dari kitab hadis yang asli,
menjelaskan metodenya, dan menerangkan kualitasnya, apakah hadis tersebut
shahih atau dhaif, lalu muncullah apa yang dinamakan dengan kutub at-takhrij (buku-buku takhrij).6
Ulama yang pertama kali melakukan
takhrij menurut mahmud Ath-Thahhan
adalah Al-Khathtib Al-Baghdadi (w.
436 H). Kemudian, dilakukan pula oleh Muhammad bin Musa Al-Hazimi (w.584 H)
dengan karyanya yang berjudul Takhrij Ahadits Al-Muhadzdzab. Ia men-takhrij
kitab fiqh syafi’ah karya Abu Iahaq Asy-Syirazi. Ada juga ulama lainnya,
seperti Abu Al-Qasimi Al-Husaini dan Abu Al-Qasim Al-Mahrawani. Karya kedua
ulama ini hanya beberapa mahthuthah (manuskrip)
saja. Pada perkembangan selanjutnya, cukup banyak kemunculan kitab yang
berupaya men-takhrij kitab-kitab dalam berbagai ilmu agama.7
Di
antara kitab-kitab takhrij tersebut, adalah sebagai berikut 8 :
1. Takhrij Ahadits
Al-Muhadzdzabi, karya Muhammad bin Musa Al-Hazimi Asy-Syafi’I (w.548 H).
2. Takhrij Ahadits
Al-Mukhtashar Al-Kabir li Ibni Al-Hajib,
karya muhammad bin Ahmad Abdul Hadi
Al-maqdisi (w.744 H).
7. Ranuwijaya.Op.cit.hlm.115
8.
Al-Qathathan.op.cit.hlm.190.
|
3. Nasbhu Ar-Rayah li
Ahadits Al-Hidayah li Al-Marghinani, karya
Abdullah bin yusuf Az-Zaila’I (w.762 H).
4. Takhrij Ahadits
Al-Kasysyaf li Az-Zamaksyari, karya
Al-Hafidz Az-Zaila’i.
5. Al-Badru al-Munir fi
Takhrij Al-atsar Al-Waqi’ah fi Asy-Syarhi Al-Kabir li Ar-Rafi’I, karya
Umar bin Ali bin Ali bin al-Mulaqqin (w.
804 H).
6. Al-Mughni’an Hamli
Al-Asfar fi Al-Asfar fi Takhriji ma fi Al-Ihya’min Al-akhbar, karya
Abdurrahman bin Al-Husaini Al ‘Iraqi (w.806 H).
7. Takrij Al-Ahadits
allati Yusyiiru iliahi At-Tirmidzi fi Kulli Bab, karya
Al-Hafizh Al-Iraqi.
8. At-Talkhish Al-Habir fi
Takhrij Ahaditsi syarh Al-Wajiz Al-Kabir li Ar-Rafi’I, karya
Ahmad bin Ali Hajar Al-Asqalani (w.852 H).
9. Ad-Dirayah fi Takhrij
Ahadits Al-Hidayah, karya Al-Hafizh ibnu
Hajar.
10. Tuhfatu Ar-Rawi fi
Takhrij Ahaditsi Al-Baidhawi, karya Abdurauf
Ali Al-Manawi (w.1031 H).
D.
KITAB
– KITAB YANG DIPERLUKAN
Dalam melakukan Takhrij hadis, kita memerlukan
kitab-kitab yang berkaitan dengan takhrij hadis ini. Adapun kitab-kitab
tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Hidayatul
bari’ila tartibi Ahadisil Bukhari
Penyusun kitab ini adalah Abdur Rahman
Ambar Al-Misri At-Tahtawi. Kitab ini disusun khusus untuk mencari hadis-hadis
yang termuat dalam Shahih Al-Bukhari. Lafazh hadis disusun menurut aturan
urutan huruf abjad Arab. Namun, hadis-hadis yang dikemukakan secara berulang
dalam Shahih Bukhari tidak dimuat secara berulang dalam kamus di atas. Dengan
demikian, perbedaan lafazh dalam matan hadis riwayat Al-Bukhari tidak dapat
diketahui melalui kamus tersebut.
2. Mu’jam
Al-fadzi wala Siyyama Al-Gariibu Minha atau Fuhris litartibi Ahaditsi Shahihi
Muslim.
Kitab tersebut merupakan salah satu
juz, yakni juz ke-5 dari kitab Shahih Muslim yang di sunting oleh Muhammad Abdul Baqi. Juz ke-5 ini merupakan
kamus terhadap juz ke-1-4 yang bertisi :
a. Daftar
urusan judul kitab, nomor hadis, dan juz yang memuatnya.
b. Daftar
nama para sahabat Nabi yang meriwayatkan hadis yang termuat dalam Shahih Muslim.
c. Daftar
awal matan hadis dalam bentuk sabda yang tersusun menurut abjad serta
menerangkan nomor-nomor hadis yang di riwayatkan oleh Bukhari bila kebetulan
hadis tersebut juga diriwayatkan oleh Bukhari.
3. Miftahus
Sahihain
Kitab ini disusn oleh Muhammad
Syarif bin Mustafa Al-Tauqiah. Kitab ini dapat digunakan untu mencari hadis-hadis
yang diriwayatkan oleh Muslim. Akan tetapi, hadis-hadis yang dimuat dalam kitab
ini hanyalah hadis-hadis yang berupa sabda (qauliyah) saja. Hadis tersebut
disusun menurut abjad dari awal lafazh matan hadis.
4. Al-Bugyatu
fi Tartibi Ahaditsi Al-Hilyah
Kitab ini disusun oleh Sayyid Abdul
Aziz bin Al-Sayyid Muhammad bin Sayyid Siddiq Al-Qammari. Kitab hadis tersebut memuat
dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab yang disusun Abu Nuaim
Al-Asabuni (w.430 H) yang berjudul Hilyatul
Auliyai wathabaqatul Asfiyai.
Sejenis dengan kitab tersebut
adalah kitab Miftahut Tartibi li Ahaditsi Tarikhil Khatib yang disusun oleh
sayyid Ahmad bin sayyid Muhammad bin sayyid As-Siddiq Al-Qammari yang memuat
dan menerangkan hadis-hadis yang tercantum dalam kitab sejarah yang disusun
oleh Abu Bakar bin Ali bin Subit bin Ahmad Al-Bagdadi yang dikenal dengan
Al-kitab Al-Bagdadi (w.463 H). Kitabnya diberi judul Tarikhu Bagdadi yang terdiri atas 4 jilid.
5. Al-Jami’us
Shagir
Kitab
ini disusun oleh imam Jalaludin Abdurahman As-Suyuthi (w.91 H). Kitab kamus
hadis ini membuat hadis-hadis yang terhimpun dalam kitab himpunan kutipan hadis
yang disusun oleh As-Suyuthi juga, yakni Jam’ul
Jawami’i.
Hadis
yang dimuat dalam kitab ini disusun berdasarkan urutan abjad dari awal lafazh
matan hadis. Sebagian dari hadis-hadis itu ada yang ditulis secara lengkap dan
adapula yang ditulis sebagian-sebagian saja, namun telah megandung pengertian
yang cukup.
Kitab
hadis tersebut juga menerangkan nama-nama sahabat nabi yang meriwayatkan hadis
yang bersangkutan dan nama-nama mukharij-nya
(periwayat hadis yang menghimpun hadis dalam kitabnya). Selain itu, hampir
setiap hadis yang dikutip dijelaskan kualitasnya menurut penelitian yang
dilakukan atau disetujui oleh As-suyuthi.
6. Al-Mu’jam
Al-Mufahras li Alfadzil Hadis Nabawi
Penyusunan kitab ini adalah sebuah
tim dari kalangan orientalis. Di antara anggota tim yang paling aktif dalam
kegiatan proses penyusunan adalah Dr.Arnold John Wensinck (w.939 M), seorang profesor
bahasa – bahasa semit, termasuk bahasa Arab di Universitas Leiden, negri
Belanda.
Kitab ini dimasukkan untk mencari
hadis berdasarkan petunjuk lafazh matan hadis. Berbagai lafazh yang disajikan
tidak dibatasi hanya lafazh-lafazh yang berada ditengah dan bagian-bagian lain
dari matan hadis. Dengan demikian, kitab Mu’jam mampu memberikan informasi
kepada pencari matan dan sanad hadis selama sebagian dari lafazh matan yang
dicarinya itu telah diketahuinya.
Kitab Mu’jam ini terdiri dari tujuh
juz dan dapat digunakan untuk mencari hadis-hadis yang terdapat dalam sembilan
kitab hadis, yakni Shahih Bukhari, Shahih
Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, sunan Nasa’I, sunan Majah , sunan
Darimi, Mutawatta Malik, dan Musnad
Ahmad. 9
E.
METODE
TAKHRIJ HADIS
Secara garis besar, ada dua cara men-takhrij hadis (takhrijul hadis) dengan menggunakan kitab-kitab sebagaimana telah
disebutkan di atas. Adapun dua macam cara takhrijul
hadis yaitu :
1.
Metode
Takhrij Hadis menurut lafazh pertama
Metode takhrij hadis menurut lafazh
pertama, yaitu suatu metode yang berdasarkan pada lafazh pertama matan hadis,
sesuai dengan urutan huruf-huruf hijaiyah dan alfabetis, sehingga metode ini
mempermudah pencarian hadis yang dimaksud.
Adapun kitab yang menggunakan
metode ini, di antaranya kitab Al-fami
As-Shaghir fi Ahadits Al-Basyir An-Nazir, yang disusun oleh jalaludin Abu
Fadhil Abd Ar-Rohman Ibn Abi Bakar Muhammad Al-Khudri As-Suyuthi. Dalam ini,
hadis-hadis disusun berdasarkan urutan huruf hijaiyah sehingga pencarian hadis
yang dimaksud sangat mudah. Juga di dalamnya dimuat petunjuk para Mukharij
hadis yang bersangkutan (dalam Mashdar Al-Ashli) dan pernyataan kualitas hadis
yang bersangkutan.
contohnya hadis nabi berikut ni,
Untuk mengetahui lafazh lengkap
dari penggalan matan tersebut, langah yang harus dilakukan adalah menelusuri
penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang
dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad Faud Abdul Baqi, penggalan
hadis tersebut terdapat dihalaman 2014. Berarti, lafazh yang dicari berada
berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadis
yang dicari adalah .
Dari Abu
Hurairah bahwa Rasullullah SAW. bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu
bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai
orang yang kuat adalah orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah.”
2.
Metode
Takhrij menurut Lafazh-Lafazh yang Terdapat dalam Hadis
Metode takhrij hadis menurut lafazh
yang terdapat dalam hadis, yaitu suatu metode yang berlandaskan pada kata-kata
yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja.
Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah
bagian hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh
lebih cepat.
Kitab yang berdasarkan metode ini
di antaranya adalah kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras
li Al-Fazh Al-Hadis An-Nabawi, yang disusun oleh A.J.Wensink dan
kawan-kawan, yang kemudian diterjemahkan oleh Muhammad Fuad Abd Al-Baqi. Kitab
yang menjadi rujukan kitab kamus tersebut adalah shahih Abu Daud , Sunan An-Nasa’I, Sunan At-Tirmidzi, Sunan Ad-Darimi,
Muawatha Imam Malik, dan Musnad Ahmad
Ibn Hanbal.
Contohnya Hadis berikut ini :
Dalam mencari hadis tersebut, kita
bisa menggunakan kitab Al-Mu’jam Al-Mufahras li Al-Fazh An-Nabawi, berdasarkan
kata kunci , ,
dan
Kata kunci dicari pada juz yang
memuat huruf awal (dalam hal ini juz II), kata dicari pada juz yang memuat huruf
qaf (dalam hal ini juz V), dan kata dicari
pada juz yang memuat huruf tsa (dalam hal ini juz I).
Setelah masing-masing juz
diperiksa, yakni untuk tiap-tiap penggalan matan yang dimaksud, data yang
disajikan oleh kitab-kitab Al-Mu’jam Al-Mufahros li Al-fadz Al-Hadis An-Nabawi,
adalah sebagai berikut :
Juz
|
Halaman
|
Lambang
yang Dikemukakan
|
I
|
298
|
17
ﻭﺩ ﺣﺩ
|
II
|
280
|
, 22 ﻭﺩ ﺣﺩ ﺝ
|
V
|
465
|
|
3.
Mencari
Hadis Berdasarkan Tema
Upaya mencari hadis terkadang tidak
didasarkan pada lafazh matan (materi) hadis, tetapi berdasarkan pada topik
masalah. Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah sangat menolong
pengkaji hadis yang ingin memahami petunjuk-petunjuk hadis dalam segala
konteksnya.
Pencarian matan hadis berdasarkan
topik masalah tertentu dapat ditempuh dengan cara membaca berbagai kitab itu
biasanya tidak menunjukan teks hadis menurut para periwayatnya masing-masing.
Padahal, untuk memahami topik tertentu tentang petunjuk hadis, diperlukan
pengkajian terhadap teks-teks hadis menurut periwayatnya masing-masing. Dengan
bantuan kamus hadis tertentu, pengkajian teks dan konteks hadis menurut riwayat
dari berbagai periwayat akan mudah dilakukan. Salah satu kamus hadis itu adalah
kitab Miftahu Al-Qunuz As-Sunnah
(Untuk empat belas kitab hadis dan kitab tarikh nabi).
Kitab tersebut merupakan kamus
hadis yang disusun berdasarkan topik masalah. Pengarang asli kamus hadis
tersebut adalah Dr.A.J.Wensinck (w.1939 M), seorang orientalis yang besar
jasadnya dalam dunia perkamusan hadis. Sebagaimana telah dibahas dalam uraian
terdahulu.
Naskah yang berbahasa Inggris
diterbitkan untuk pertama kalinya pada tahun 1927 dan terjemahannya pada tahun
1934.
Dalam kamus hadis tersebut
dikemukakan berbagai topik, baik yang berkenaan dengan masalah-masalah yang
berkaitan dengan petunjuk nabi maupun yang berkenaan dengan masalah-masalah
yang berkaitan dengan nama. Setiap topik biasanya disertakan beberapa subtopik
dan untuk setiap subtopik dikemukakan data hadis dan kitab yang menjelaskannya.
F.
LANGKAH-LANGKAH
PRAKTIS PENELITIAN HADIS
Langkah-langkah penelitian hadis
meliputi penelitian sanad dan penelitian matan.
1. Penelitian
sanad dan Rawi Hadis
a. Meneliti
sanad dan rawi adalah takhrij.
b. Itibar,
yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, dan hadis
tersebut pada bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang perawi saja, dan
dengan menyertakan sanad-sanad yang lain tersebut untuk bagian sanad dari sanad
yang dimaksud.
c.
Meneliti namun para
rawi yang tercantum dalam skema sanad (penelitian asma ar-ruwat). Langkah ini dilakuakan dengan mencari nama secara
lengkap yang mencakup nama, nisbat, kunyah, dan laqab setiap rawi dalam
kitab-kitab Rijal Al-Hadis, seperti
kitab Tahdzib At-Tahdzib.
d.
Meneliti tarikh ar-ruwat, yaitu meneliti al-masyayikh wa al-talamidz (guru dan
murid) dan al-mawalid wa al-wafayat
(tahun kelahiran dan kematian). Dengan langkah ini dapat diketahui bersambung
atau tidaknya sanad.
e.
Meneliti al-jarh wa at-ta’dil untuk mengetahui
karakteristik rawi yang bersangkutan, baik dari segi aspek moral maupun aspek
intelektualnya (keadilan dan ke-dhabit-an).
G.
PENELITIAN
MATAN
Sebagai langkah terakhir adalah
penelitian terhadap matan hadis, yaitu menganalisis matan untuk mengetahui
kemungkinan adanya ‘illat dan syudzudz padanya. Langkah itu dapat dikatakan sebagai langkah yang paling
berat dalam penelitian suatu hadis, baik tehknik pelaksanaanya maupun aspek
tanggung jawabnya. Hal itu karena kebanyakan pengalaman suatu hadis justru
lebih tergantung pada hasil analisis matanya dari pada penelitian sanad.
Langkah ini memerlukan wawasan yang
luas dan mendalam. Untuk itu, seorang peneliti dituntut untuk menguaai bahasa
arab dengan baik, menguasai kaidah-kaidah yang bersangkutan dengan tema matan
hadis, memahami isi al-Qur’an, baik tekstual maupun konstektual, memahami
prinsip-prinsip ajaran islam, mengetahui metode istinbath, dan sebagainya.
H.
SYARAT-SYARAT
BAGI ORANG MENTAHKRIJKAN
Kita tidak boleh menerima begitu
saja penelitian seorang Ulama terhadap ulama lainnya, melainkan harus jelas
dulu sebab-sebab penilaian tersebut. Terkadang, orang yang menganggap orang
lain cacat, malah ia sendiri juga cacat. Dibawah merupakan syarat bagi orang
yang mentahkrijkan hadis , diantaranya :
a. Berilmu
pengetahuan
b. Takwa’
c. wara’
(orang yang selalu menjauhi perbuatan maksiat, syubhat, dosa-dosa kecil, dan
makruhat-makruhat).
d. jujut,menjahui
fanatik golongan,
e. mengetahui
sebab-sebab untuk mentahkrijkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Takhrij
hadis bertujuan mengetahui sumber asal hadis yang di takhrij. Tujuan lainnya adalah mengetahui di tolak atau diterimanya
hadis-hadis tersebut. Dengan cara ini, kita akan mengetahui hadis-hadis yang
pengutipannya memerhatikan kaidah-kaidah ulumul hadis yang berlaku sehingga
hadis tersebut menjadi jelas, baik asal-usul maupun kualitasnya.
2. Takhrij
menurut istilah adalah penunjukan terhadap tempat hadist didalam sumber aslinya
yang dijelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperluan.
3. Dapat
diketahui banyak – sedikitnya jalur periwayatan suatu hadis yang sedang menjadi
topik kajian.
4. Dapat
diketahui kuat dan tidaknya periwayatan akan menambah kekuatan riwayat. Sebaliknya,
tanpa dukungan periwayatan lain, kekuatan periwayatan tidak bertambah.
5. Dapat
ditemukan status hadis Shahih li dzatih
atau shahih li ghairih, hasan li dzatih,
atau hasan li ghairih. Demikian juga,
akan dapat diketahui istilah hadis mutawatir,
masyhur, aziz, dan gharib-nya
B.
Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca, khususnya untuk penyusun. Dan penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan sarannya agar makalah yang kami
susun kedepannya jauh lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Zarkasyi Chumaidy.”Takhrij Al-Hadis:Mengkaji dan Meneliti
Al-Hadis”.Bandung:IAIN Sunan Gunung Djati.1990.hlm.7.
Drs.M.Solahudin Agus.Ulumul Hadis.Bandung:Pustaka Setia.2008.
Utang Ranuwijaya. Ilmu Hadis.Jakarta:Gaya Media Pratama.1996.
Syuhudi Ismail.Metode Penelitian Sanad Hadis.Jakarta:Bulan Bintang.1992.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN.........................................................................
A.
Latar
Belakang.................................................................................
B.
Rumusan
Masalah............................................................................
C.
Tujuan..............................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN...........................................................................
A.
Pengertian
Tahkrij Hadis .................................................................
1.
pengertian
Tahkrij Hadis......................................................
2.
Tujuan
dan Faedah Takhrij Hadis........................................
3.
Sejarah
Takrij Hadis.............................................................
4.
Kitab-kitab
yang diperlukan................................................
5.
Metode
Tahrij Hadis............................................................
6.
Langkah-Langkah
Praktis Penelitian Hadis.........................
7.
Penelitian
Matan..................................................................
8.
Syarat-syarat
Bagi Orang mentahkjihkan............................
BAB
III PENUTUP...................................................................................
A.
Kesimpulan......................................................................................
B.
Saran................................................................................................
C.
Daftar
Pustaka.................................................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar